REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI), Muhammad Ziyad menjelaskan ihwal keutamaan besar bulan Rajab hingga disebut sebagai bulan tuli, yang dalam bahasa Arab disebut Al-'Asham. Mengapa Rajab disebut bulan tuli?
Dia menyampaikan, ada beberapa sebutan untuk bulan Rajab. Satu di antaranya adalah Al-'Asham, yang berarti tuli. Disebut demikian, karena selama bulan Rajab, di masa jahiliyah saat itu, tidak terjadi ataupun terdengar satu pun peperangan.
"Kita tahu orang-orang jahiliyah suka berperang dan ketika masuk bulan Rajab, maka mereka menghentikan seluruh peperangan, yang dalam konteks sekarang bisa dikatakan sebagai gencatan senjata. Dalam penghentian perang inilah yang kemudian tidak terdengar peperangan sehingga disebut bulan tuli, bulan 'Ashom," tuturnya kepada Republika.co.id, Sabtu (27/1/2024).
Bahkan saat itu, terang Ziyad, ada yang menyebut bahwa orang-orang di masa jahiliyah menyimpan peralatan perangnya selama bulan Rajab. Mereka kembali saling berdamai dan bahkan saling berkunjung ke tempat musuh-musuh mereka.
"Dari nama ini, ada spirit yang tidak hanya historis tetapi juga ada spirit untuk konteks sekarang ini, bahwa Rajab adalah bulan mulia karena Allah memiliki 12 bulan dan di antaranya ada empat bulan haram, bulan yang dimuliakan," tuturnya.
Abu Raja' Al Atharidi menyampaikan:
كُنَّا نَعْبُدُ الْحَجَرَ فَإِذَا وَجَدْنَا حَجَرًا هُوَ أَخْيَرُ مِنْهُ أَلْقَيْنَاهُ وَأَخَذْنَا الْآخَرَ فَإِذَا لَمْ نَجِدْ حَجَرًا جَمَعْنَا جُثْوَةً مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ جِئْنَا بِالشَّاةِ فَحَلَبْنَاهُ عَلَيْهِ ثُمَّ طُفْنَا بِهِ فَإِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَجَبٍ قُلْنَا مُنَصِّلُ الْأَسِنَّةِ فَلَا نَدَعُ رُمْحًا فِيهِ حَدِيدَةٌ وَلَا سَهْمًا فِيهِ حَدِيدَةٌ إِلَّا نَزَعْنَاهُ وَأَلْقَيْنَاهُ شَهْرَ رَجَبٍ
"Dulu kami menyembah batu. Jika kami mendapatkan batu yang lebih baik, maka kami melemparkannya dan mengambil yang lain. Dan bila kami tidak menemukan batu, kami mengumpulkan segenggam tanah, lalu kami bawakan seekor kambing kemudian kami peraskan susu untuknya. Lalu kami thawaf dengannya. Bila datang bulan Rajab, kami mengatakan, 'Tidak ada peperangan' (Munshil Al Asinnah), sehingga kami tidak membiarkan tombak maupun panah yang tajam kecuali kami cabut dan kami lemparkan sebagai pengagungan terhadap bulan Rajab." (HR. Bukhari)
Karena itu, Ziyad mengingatkan, bulan Rajab adalah momentum untuk saling menghormati dan saling mengendalikan diri. "Apalagi bangsa kita sedang ada di masa Pemilu maka harus menahan diri bahwa ini bulan Rajab. Kendalikan ucapan dan perilaku agar tetap terkendali sebagai bagian penghormatan kita pada bulan Rajab," jelasnya.
Ziyad juga menyampaikan, selama bulan Rajab, sangat dianjurkan bagi umat Muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah dan memperbanyak amal ibadah serta tidak melakukan kezaliman.
Allah SWT berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ
"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu..." (QS. At Taubah ayat 36)
Dari Abu Bakrah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ
"Sesungguhnya waktu telah berputar sebagaimana mestinya, hal itu ditetapkan pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun ada dua belas bulan, di antaranya ada empat bulan yang mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab yang biasa diagungkan Bani Mudlar yaitu antara Jumadil Tsani dan Syaban." (HR. Bukhari)
Empat bulan Haram itu ialah Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Adapun bulan Rajab, menjadi momentum untuk melakukan peningkatan spiritualitas, baik personal maupun sosial. "Maka dimensi personal dan sosial itu harus meningkat," katanya.
Bulan Rajab, sebagai bulan pengendalian diri, juga menjadi pengantar untuk kemudian memasuki bulan Syaban dengan intensitas spiritualitas yang lebih tinggi. Hingga puncaknya adalah di bulan suci Ramadhan.
"Amalan yang sangat dianjurkan di bulan Rajab, adalah meningkatkan kualitas, meninggalkan dan menjauhi perbuatan maksiat. Karena, itu dapat mengotori spiritualitas nilai-nilai keagamaan," ujarnya.
Selanjutnya, Ziyad mengatakan, seorang Muslim di bulan Rajab juga tidak boleh melakukan perbuatan zalim, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Amalan berikutnya yaitu memperbanyak doa kepada Allah SWT. "Doa meminta diberkahi di bulan Rajab, karena dengan begitu semoga mengantarkan kita sampai ke bulan Ramadhan," terangnya.