Ahad 28 Jan 2024 13:29 WIB

Aliran Lahar Dingin Merapi Bertambah, Imbas Hujan di Puncak Gunung

BPPTKG menyebut suplai magma di Gunung Merapi masih berlangsung.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Irfan Fitrat
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Desa Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (24/1/2024).
Foto: ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Desa Glagaharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (24/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan terjadi beberapa kali hujan di kawasan puncak Gunung Merapi dalam sepekan terakhir. Hujan di kawasan puncak gunung itu disebut mengakibatkan penambahan aliran lahar dingin di sungai yang berhulu di Merapi.

Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso mencontohkan imbas hujan pada 21 Januari 2024. Di mana intensitas curah hujan 56 milimeter per jam, dengan durasi selama 18 menit. “Dilaporkan adanya penambahan aliran (lahar dingin) di Kali Gendol pada tanggal 21 Januari dan 25 Januari 2024,” kata Agus, Sabtu (27/1/2024).

Baca Juga

Status Gunung Merapi masih Level III atau siaga. BPPTKG menyebut potensi bahaya Gunung Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas, yang dapat berdampak terhadap sektor selatan-barat daya dan sektor tenggara.

Sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, serta Sungai Bedog, Krasak, dan Kali Bebeng, sejauh maksimal tujuh kilometer. Sedangkan potensi terdampak bahaya di sektor tenggara meliputi Sungai Woro, sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer.

Jika terjadi letusan eksplosif, BPPTKG menyebut lontaran material diperkirakan dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak gunung. “Data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung, yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya,” kata Agus.

Berdasarkan data BPPTKG, pada periode pengamatan 19 Januari-25 Januari 2024 setidaknya terjadi satu kali letusan dengan tinggi kolom 1.000 meter. Letusan ini menyebabkan hujan abu di wilayah Kecamatan Kemalang di Kabupaten Klaten, serta di Kecamatan Selo di Kabupaten Boyolali dan Kota Boyolali.

Selain itu, tercatat awan panas guguran (APG) sebanyak 19 kali ke arah barat daya atau ke hulu Kali Bebeng. APG tersebut tercatat dengan jarak luncur maksimal 3.000 meter. 

Guguran lava juga teramati sebanyak 47 kali ke arah Kali Bebeng, sejauh maksimal 1.500 meter. “Suara guguran terdengar tiga kali dari Pos Babadan, dengan intensitas sedang hingga kecil,” kata Agus.

Melihat aktivitas vulkanik Gunung Merapi ini, masyarakat diimbau menjauhi daerah potensi terdampak bahaya yang direkomendasikan. Masyarakat diminta mewaspadai bahaya lahar dan APG, terutama saat terjadi hujan di kawasan Gunung Merapi. “Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi,” ujar Agus.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement