Ahad 28 Jan 2024 19:54 WIB

Marak Isu Dukung-Mendukung Capres-Cawapres, NU Diimbau Netral

Sejumlah warga NU mendorong agar segenap pengurus NU tetap netral di Pilpres 2024.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Bilal Ramadhan
Pemilu (Ilustrasi). Sejumlah warga NU mendorong agar segenap pengurus NU tetap netral di Pilpres 2024.
Foto: republika/mardiah
Pemilu (Ilustrasi). Sejumlah warga NU mendorong agar segenap pengurus NU tetap netral di Pilpres 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Sejumlah warga Nahdlatul Ulama (NU) yang menamakan diri Nahdliyin Nusantara mendorong agar segenap pengurus NU mulai dari PBNU, PWNU, hingga ranting untuk netral di tengah hiruk pikuk kontestasi pemilihan presiden (pilpres) saat ini. Desakan tersebut dilatarbelakangi oleh munculnya dukungan secara terstruktur, sistematis, dan masif untuk mendukung pasangan calon capres-cawapres tertentu. 

"Menurut kami (para pengurus) telah melakukan mobilisasi dan penggalangan  secara terbuka untuk paslon tertentu dalam kontestasi pilpres 2024," kata Koordinator Musyawarah Besar (mubes) Nahdliyin Nusantara, Hasan basri Marwah di Bantul, DIY, Sabtu (27/1/2024). 

Baca Juga

Sebagian warga NU mengaku resah dengan adanya perintah untuk memenangkan paslon tertentu. Terlebih lagi perintah tersebut dibalut dengan amanat samina wa athona.

"Ini jelas pelanggaran khittah," tegasnya. 

Menyikapi situasi tersebut Nahdliyin Nusantara berpijak pada AD ART organisasi khittah NU, dan berpatok pada perintah khittah NU. Salah satunya yakni menegaskan pentingnya amar ma'ruf nahi munkar, yaitu saling mengingatkan akan kebaikan, saling mengingakan dalam kebenaran dan kesabaran. 

"Karena itu ditoleransi dan ditetapkan oleh para pendiri NU bahwa perbedaan itu pasti terjadi dan kita diberi hak dan peluang untuk melakukan kritik," ungkapnya.  

Khittah NU merupakan garis perjuangan yang dirumuskan oleh para pendiri NU. Salah satu poinnya yakni menegaskan bahwa pengurus NU harus mengambil jarak dari politik praktis.

"Tidak menggunakan organisasi sebagai alat untuk mendapatkan atau merebut kekuasaan,  sebagai alat untuk menggalang mobilisasi dukungan pada parpol atau pada calon yang berkompetisi dalam proses pemilihan umum," ucapnya. 

Berdasarkan kondisi tersebut, Nahdliyin Nusantara akan menggelar musyawarah besar di Kampoeng Mataram, Panggungharjo, Sewon, Bantul, DIY pada Ahad (28/1/2024). Sejumlah tokoh yang dijadwalkan akan hadir antara lain KH. As'ad Said Ali, KH. Malik Madani, KH. Asyhari Abta, KH. Chaidar Muhaimin, KH. Nawawi Yasin, Prof. Dr. KH. Nadirsyah Hosen (online/zoom), Dr. Gaffar Karim, KH. M. Imam Azis, dan KH. Abdul Muhaimin. 

Mubes serupa juga pernah dilakukan pada 2004 lalu, tepatnya pada bulan Oktober sebelum Muktamar NU ke XXXI di Solo, Jawa Tengah. Salah satu inisiatornya yakni Kyai Imam Azis.

"Konteks terjadinya mubes pada saat itu kurang lebih tidak jauh berbeda dengan konteks acara yang akan kami laksanakan besok yakni musyawarah besar Nahdliyin Nusantara, yakni pengawalan  terhadap khittah Nahdlatul Ulama," ujarnya. 

Sebelumnya dikabarkan bahwa arahan PCNU Kota Semarang agar warga nahdliyin memilih Prabowo-Gibran disampaikan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang, KH Hanief Ismail. Hal tersebut disampaikan Hanief saat Sarasehan Kyai Aswaja Kota Semarang bertajuk '2 Kata Sa'mina Wa Athona untuk Indonesia Maju', digelar Ahad (21/1/2024) malam.

Hanief menyebutkan arahan tersebut disampaikan guna mencegah terjadi putaran kedua pemilu presiden yang diprediksi menghabiskan anggaran sampai Rp 30 triliun. Dengan adanya arahan tersebut, ia berharap warga NU ikut berperan dalam menyelamatkan anggaran negara dengan Pilpres 2024 satu putaran.

Selain itu dukungan warga NU terhadap capres-cawapres juga terjadi di Pondok Pesantren An Nur, Ngrukem, Sewon, Bantul. Pengasuh ponpes An Nur Ngrukem secara terang-terangan mendukung capres-cawapres nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement