Ahad 28 Jan 2024 20:23 WIB

Serangan Junta Militer Myanmar Tewaskan Belasan Muslim Rohingya

Pertempuran terjadi antara militer Myanmar dan Tentara Arakan

Red: Nashih Nashrullah
Pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh (ilustrasi). Pertempuran terjadi antara militer Myanmar dan Tentara Arakan
Foto: AP Photo/ Shafiqur Rahman
Pengungsi Rohingya di Cox's Bazar, Bangladesh (ilustrasi). Pertempuran terjadi antara militer Myanmar dan Tentara Arakan

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA— Serangan artileri tentara Myanmar di barat negara bagian Rakhine menewaskan belasan Muslim Rohingya, kata menurut seorang aktivis hak asasi manusia pada Sabtu (27/1/2024).

Menurut Ro Nay San Lwin, salah satu pendiri Koalisi Rohingya Merdeka, sebuah jaringan payung pengungsi Rohingya, militer Myanmar membidik   masyarakat yang tinggal di desa Buthidaung Tsp di Danau Hpon Nyo dalam dua hari terakhir.

Baca Juga

“Belasan warga Rohingya terbunuh dan puluhan lainnya luka-luka dalam dua hari. Militer Myanmar menembakkan artileri ke Desa Buthidaung Tsp di Danau Hpon Nyo di negara Bagian Rakhine pada Kamis dan Jumat,” kata Lwin pada X.

“Di tengah pertempuran antara Tentara Arakan dan militer Myanmar, korban penduduk Rohingya banyak sekali dan menjadi sasaran,” katanya menambahkan.

Sementara itu, secara terpisah, pemerintah junta  Myanmar bermaksud mengirimkan seorang pejabat senior sebagai perwakilan non politik dalam pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) di Laos, kata sejumlah sumber pada Ahad (28/1/2024).

Kehadiran pejabat senior Kementerian Luar Negeri Myanmar dalam pertemuan di Luang Prabang mulai Ahad itu terjadi menjelang peringatan tiga tahun kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan sipil pimpinan Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis dalam Pemilu pada 1 Februari 2021.

Sejak Oktober 2021, Myanmar diboikot menghadiri para menteri oleh ASEAN yang hanya membolehkan perwakilan non politik dari Myanmar dalam pertemuan itu.

Laos yang menjadi ketua ASEAN tahun ini, memutuskan bersedia melibatkan rezim militer Myanmar.

Junta awalnya berupaya agar pejabat tinggi seperti menteri luar negeri ikut serta dalam pertemuan itu namun ditolak oleh anggota-anggota ASEAN.

Junta Myanmar melakukan kekerasan untuk menindas demonstran pro-demokrasi, namun kemudian perang  antara rezim dengan kelompok-kelompok etnik di negara itu terus meningkat sejak Oktober tahun lalu.

Pada 2017, eksodus massal warga Rohingya dipicu oleh aksi brutal militer Myanmar terhadap minoritas Muslim di negara Asia Tenggara tersebut.

Baca juga: Ingin Segala Urusan Dipermudah Allah SWT? Baca Doa dari Alquran Berikut Ini

Sejak itu, sekitar 1,2 juta orang Rohingya melarikan diri ke negara tetangga Bangladesh untuk hidup dalam situasi genting di kamp pengungsi terbesar di dunia di Cox's Bazar.

Saat ini, setidaknya terdapat tiga kelompok etnis bersenjata, yang bersatu di bawah Aliansi Persaudaraan. Sejak akhir Oktober mereka bertempur melawan rezim junta untuk menguasai bagian utara Myanmar.

Myanmar berada diperintah junta sejak Februari 2021. Militer negeri itu yang dikenal sebagai Tatmadaw, menghadapi perlawanan sengit dari berbagai kelompok etnis di banyak wilayah di negara mayoritas Buddha tersebut.

photo
Aliran Pengungsi Rohingya - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement