REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyalahkan kelompok milisi radikal yang didukung Iran sebagai pelaku serangan ke pangkalan AS di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah pada Ahad (28/1/2024). Serangan itu menewaskan tiga tentara AS dan melukai puluhan lainnya.
Al-Muqawama al-Islamiyah fi al-Iraq (the Islamic Resistance in Iraq, atau IRI) mengklaim melakukan tiga serangan ke tiga pangkalan termasuk di timur laut Yordania. Lalu siapa IRI?
Dikutip dari situs lembaga think-tank Washington Institute, kelompok itu muncul ketika sebuah saluran Telegram dibuka pada Oktober 2023 lalu. Dalam analisa singkat yang ditulis peneliti Hamdi Malik dan Michael Knight, nama yang digunakan untuk saluran itu bukan nama yang biasanya digunakan untuk sebuah kelompok.
"Melainkan nama umum yang digunakan untuk menunjukkan persatuan di antara kelompok-kelompok bersenjata yang didukung Iran dan mengecilkan identitas individu mereka selama serangan yang dipicu oleh krisis Gaza," kata dua peneliti itu dalam laporannya seperti dikutip pada Senin (29/1/2024).
Mereka mengatakan Islamic Resistance merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan operasi semua milisi yang didukung Iran di Irak, termasuk serangan ke Suriah selama konflik Oktober 2023 antara Israel dan Hamas.
Laporan itu menyebutkan IRI menggelar operasi militer kinetik baik di dalam maupun luar negeri. Mereka mengincar target-target AS di Irak dan Suriah karena keterlibatkan Washington dalam perang Israel di Gaza.
IRI bertanggung jawab atas serangan drone ke Pangkalan Udara Harir di wilayah Kurdistan, Irak pada 17 Oktober 2023. Awalnya serangan itu diklaim Tashil al-Waritheen tapi kemudian klaim ditarik dan diganti oleh IRI. Serangan tersebut menggunakan drone Qasef-2K. Mereka menggelar banyak serangan sejak saat itu.
The Washington Institute mengatakan tujuan dari pembentukan IRI adalah agar semua serangan yang dilakukan milisi-milisi yang didukung Iran ke pasukan AS di Irak dan Suriah hanya menggunakan satu payung istilah. Kelompok-kelompok itu mungkin melihat manfaat dari mengaburkan kelompok mana yang menggelar serangan.
Lembaga think-tank itu menambahkan menggunakan bahasa umum tanpa logo mungkin perpanjangan dari "strategi fasad" yang digunakan Iran dan proksi-proksinya sejak 2019 untuk menghindari pertanggung jawaban atas serangan ke AS.
"(IRI) untuk menunjukkan persatuan di balik serangan terhadap kepentingan AS selama konflik Israel-Hamas, pada dasarnya "melapor untuk tugas" sebagai satu kekuatan. Hal ini menunjukkan Pasukan Quds dari Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC-QF) sedang mengoreksi banyak proksi "perlawanan" Irak, yang cenderung memperdebatkan kepemimpinan lokal," kata Washington Institute dalam analisa singkatnya.
Dalam analisa itu Washington Institute mengatakan bukti keseimbangan yang ada menunjukkan perang IRGC-QF dalam mengkoordinasikan IRI. Kelompok bersenjata Irak biasanya bangga dengan identitas individu mereka dan kerap mengklaim serangan-serangan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sehingga menurut Washington Institute, kesediaan kelompok-kelompok itu menenggelamkan identitas mereka dan menarik klaim individu menunjukkan terdapat kekuatan yang lebih tinggi yang mengkoordinasikan mereka.
"Selain itu, perubahan klaim Tashkil al-Waritheen dalam serangan 17 Oktober di Harir mengindikasikan adanya hubungan langsung dengan kelompok yang dioperasikan langsung oleh IRGC-QF yang memiliki hubungan dekat dengan Harakat Hizbullah al-Nujaba," kata analisa singkat tersebut.
Harakat Hizbullah al-Nujaba yang terbuka mengaitkan dirinya dengan IRI, merilis video ancaman pada 30 Oktober 2023. Video itu mencakup rekaman serangan drone yang awalnya dipublikasikan di saluran Telegram IRI.
Video-video ini diklaim menunjukkan momen peluncuran sejumlah serangan drone terhadap posisi AS. Nujaba tidak secara aktif mengklaim mengendalikan IRI, meskipun ada kemungkinan beberapa serangan yang diklaim kelompok fasad ini dilakukan oleh tim yang dikendalikan Nujaba.
Washington Institute mengatakan IRI dikendalikan Komite Koordinasi Perlawanan Irak (al-Haya al-Tansiqiya lil-Muqawama al-Iraqiya, atau disingkat Tansiqiya).
IRI membuka group Telegram bernama al-Elam al-Harbi (The War Media) pada 18 Oktober 2023 untuk mempublikasikan pernyataan dan klaim serangan yang dilakukan kelompok-kelompok yang bernaung dibawah IRI.