REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan lima strategi NU dalam mencapai cita-cita transformasi organisasi.
Dikatakan strategi pertama yang dibutuhkan yakni tata laksana organisasi, termasuk strategi digitalisasi organisasi. Menurutnya, digitalisasi merupakan upaya fundamental sebagai strategi tata laksana organisasi ini.
Kedua, perlunya melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kapasitas yang mumpuni. Gus Yahya menuturkan, hal ini dilakukan dengan pelatihan kader NU.
"Kita harus melakukan perbaikan kapasitas sumber daya pengurus. Pengurus itu harus lebih baik kapasitasnya. Maka kita bangun sistem pelatihan kader," kata Gus Yahya dalam Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).
Strategi ketiga yang perlu dilakukan untuk menuju visi transformasi tersebut, yakni perlunya ketahanan keuangan yang independen, dan mandiri serta terjaga kesinambungannya.
"Kita harus membangun satu ketahanan keuangan. Kita punya kapasitas keuangan independen sustainable. Kapasitas keuangan mandiri yang tidak bergantung pada orang lain, tapi berkesinambungan jangka panjang," ungkapnya.
Gus Yahya mengatakan NU saat ini sedang mengupayakan pengembangan kapasitas finansial tersebut. Ia berharap di pertengahan 2024 ini NU sudah memiliki kapasitas finansial yang bisa diandalkan.
Strategi keempat, perlunya model aktivisme baru guna mengukuhkan kehadiran NU dalam kehidupan masyarakat. Gus Yahya mengatakan kehadiran NU di masyarakat tidak hanya menjadi pernyataan di media massa atau pengajian umum saja, namun dakwah yang berguna dan nyata membawa kemaslahatan.
"Ini perlu dilakukan di dalam dan luar negeri," ucap Gus Yahya.
Strategi terakhir, menurutnya, perlunya pengembangan kapasitas organisasi dalam mengarungi dinamika perubahan yang lajunya semakin cepat. "Kita perlu kapasitas untuk mengikuti laju, antisipasi masa depan yang semakin menekan, makin cepat, tidak bisa leha-leha," jelasnya.
Menurutnya, pengembangan kapasitas ini perlu dilakukan dengan membangun satu pusat pengembangan yang diharapkan menjadi suar dari jaringan aktivis NU. Hal ini dilakukan dengan kerja sama UNU Yogyakarta dengan Mohammed Bin Zayed University of Humanities, Uni Emirat Arab untuk pendirian College of Future Studies.