Selasa 30 Jan 2024 08:14 WIB

Harlah ke-101 NU, Gus Yahya Sampaikan Lima Strategi Transformasi Organisasi

Digitalisasi merupakan upaya fundamental sebagai strategi tata laksana organisasi.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Ani Nursalikah
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menekan tombol digital saat membuka Halaqah Nasional Nahdlatul Ulama (NU) 2024 bertajuk Strategi Peradaban Ulama Nusantara di Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak, Bantul, D.I Yogyakarta, Senin (29/1/2024). Acara yang diikuti ribuan peserta itu menjadi rangkaian peringatan Harlah ke-101 NU.
Foto: ANTARA FOTO/ Andreas Fitri Atmoko
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menekan tombol digital saat membuka Halaqah Nasional Nahdlatul Ulama (NU) 2024 bertajuk Strategi Peradaban Ulama Nusantara di Pondok Pesantren Al-Munawir Krapyak, Bantul, D.I Yogyakarta, Senin (29/1/2024). Acara yang diikuti ribuan peserta itu menjadi rangkaian peringatan Harlah ke-101 NU.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyampaikan lima strategi NU dalam mencapai cita-cita transformasi organisasi.

Dikatakan strategi pertama yang dibutuhkan yakni tata laksana organisasi, termasuk strategi digitalisasi organisasi. Menurutnya, digitalisasi merupakan upaya fundamental sebagai strategi tata laksana organisasi ini.

Baca Juga

Kedua, perlunya melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kapasitas yang mumpuni. Gus Yahya menuturkan, hal ini dilakukan dengan pelatihan kader NU.

"Kita harus melakukan perbaikan kapasitas sumber daya pengurus. Pengurus itu harus lebih baik kapasitasnya. Maka kita bangun sistem pelatihan kader," kata Gus Yahya dalam Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan Harlah ke-101 NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).

Strategi ketiga yang perlu dilakukan untuk menuju visi transformasi tersebut, yakni perlunya ketahanan keuangan yang independen, dan mandiri serta terjaga kesinambungannya.

"Kita harus membangun satu ketahanan keuangan. Kita punya kapasitas keuangan independen sustainable. Kapasitas keuangan mandiri yang tidak bergantung pada orang lain, tapi berkesinambungan jangka panjang," ungkapnya.

Gus Yahya mengatakan NU saat ini sedang mengupayakan pengembangan kapasitas finansial tersebut. Ia berharap di pertengahan 2024 ini NU sudah memiliki kapasitas finansial yang bisa diandalkan.

Strategi keempat, perlunya model aktivisme baru guna mengukuhkan kehadiran NU dalam kehidupan masyarakat. Gus Yahya mengatakan kehadiran NU di masyarakat tidak hanya menjadi pernyataan di media massa atau pengajian umum saja, namun dakwah yang berguna dan nyata membawa kemaslahatan.

"Ini perlu dilakukan di dalam dan luar negeri," ucap Gus Yahya.

Strategi terakhir, menurutnya, perlunya pengembangan kapasitas organisasi dalam mengarungi dinamika perubahan yang lajunya semakin cepat. "Kita perlu kapasitas untuk mengikuti laju, antisipasi masa depan yang semakin menekan, makin cepat, tidak bisa leha-leha," jelasnya.

Menurutnya, pengembangan kapasitas ini perlu dilakukan dengan membangun satu pusat pengembangan yang diharapkan menjadi suar dari jaringan aktivis NU. Hal ini dilakukan dengan kerja sama UNU Yogyakarta dengan Mohammed Bin Zayed University of Humanities, Uni Emirat Arab untuk pendirian College of Future Studies.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement