Selasa 30 Jan 2024 09:14 WIB

Inflasi AS Terus Mereda, The Fed Indikasikan Penurunan Suku Bunga?

Inflasi AS telah mencapai 1,5 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara selama konferensi pers di Gedung Dewan Federal Reserve William McChesney Martin Jr. setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal pada Rabu, 26 Juli 2023, di Washington.
Foto: AP Photo/Nathan Howard
Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara selama konferensi pers di Gedung Dewan Federal Reserve William McChesney Martin Jr. setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal pada Rabu, 26 Juli 2023, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON — Ketua Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed), Jerome Powell, akan menghadiri pertemuan Federal Reserve pada pekan ini. Saat ini kondisi inflasi Amerika Serikat (AS) semakin mendekati yang ditargetkan The Fed.

Di sisi lain, juga perekonomian masih tumbuh pada kecepatan yang sehat. Konsumen terus berbelanja dan tingkat pengangguran mendekati titik terendah dalam setengah abad.

Baca Juga

Beberapa pejabat Fed menyatakan kehati-hatian mengenai langkah mereka selanjutnya. Ketika mereka terakhir bertemu pada Desember 2023, sebanyak 19 pengambil kebijakan The Fed yang berpartisipasi dalam pengambilan keputusan suku bunga mengatakan memperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan mereka sebanyak tiga kali pada tahun ini.

Namun, waktu penurunan suku bunga tersebut yang akan menurunkan biaya pinjaman bagi konsumen dan dunia usaha masih belum pasti. Sebagian besar ekonom memperkirakan penurunan suku bunga pertama akan terjadi pada Mei atau Juni 2024 meskipun tidak mustahil pada Maret bisa terjadi.

Pada Rabu (31/1/2024). para pengambil kebijakan The Fed dapat memberikan sinyal hampir menurunkan suku bunga dengan menyesuaikan pernyataan yang mereka keluarkan setelah setiap pertemuan. Pada Desember 2023, pernyataan tersebut masih menunjukkan bahwa para pejabat bersedia untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Kenaikan suku bunga The Fed yang agresif sebanyak 11 kali sejak Maret 2022 dimaksudkan untuk mengendalikan inflasi yang mencapai puncaknya pada bulan Juni 2022 sebesar 7,1 persen. Namun data yang dirilis pada Jumat (26/1/2024) menunjukkan bahwa selama enam bulan terakhir, inflasi telah turun hingga kembali ke tingkat target tahunan The Fed sebesar dua persen.

Dalam tiga bulan terakhir, inflasi tahunan yang tidak termasuk biaya bahan pangan dan energi yang mudah berubah-ubah telah turun menjadi hanya 1,5 persen.

Namun para pejabat Fed diperkirakan akan menunggu setidaknya beberapa bulan untuk mencoba membangun keyakinan bahwa inflasi telah benar-benar terkendali sebelum mulai menurunkan suku bunga. Anggota Dewan Pengurus The Fed Christopher Waller memberikan peringatan dalam pidatonya baru-baru ini.

“Inflasi dua lersen adalah tujuan kami. Tetapi tujuan itu tidak dapat dicapai hanya dalam waktu sesaat. Ini harus dipertahankan,” ungkap Waller.

Ada kemungkinan bahwa inflasi akan tetap tinggi, terutama jika perekonomian tetap kuat yang dapat menyebabkan The Fed mempertahankan suku bunganya tidak berubah. Pejabat Fed mengatakan bahwa selama perekonomian tetap sehat maka memerlukan waktu sebelum menurunkan suku bunga.

Penentuan waktu penurunan suku bunga hampir pasti akan menjadi isu utama dalam pertemuan dua hari The Fed, yang berakhir pada Rabu pekan iniz The Fed pasti akan mengumumkan setelah pertemuan tersebut bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah di sekitar 5,4 persen yang merupakan angka tertinggi sejak bulan Juli 2023 yang merupakan titik tertinggi dalam 22 tahun.

Pertimbangan The Fed terhadap penurunan suku bunga terjadi di tengah semakin intensifnya kampanye presiden ketika Presiden Joe Biden berupaya untuk terpilih kembali dengan isu polarisasi perekonomian. Pemotongan suku bunga berpotensi memicu serangan dari mantan Presiden Donald Trump yang mencalonkan Powell sebagai ketua The Fed namun kemudian secara terbuka menyerangnya karena menaikkan suku bunga pada masa kepresidenan Trump.

“Kami tidak memikirkan politik. Kami memikirkan hal yang benar untuk dilakukan bagi perekonomian,” kata Powell dalam konferensi pers bulan lalu dikutip dari AP News, Senin (29/1/2024).

Pada saat yang sama, The Fed sedang bergulat dengan risiko serupa yang mengarah ke arah lain. The Fed mungkin akan mempertahankan suku bunga acuannya terlalu tinggi dalam jangka waktu yang terlalu lama dan berpotensi memicu resesi.

Konsumen melakukan pembelanjaan dengan laju yang sehat dalam tiga bulan terakhir tahun lalu. Hanya saja mereka pada akhirnya dapat mundur karena biaya pinjaman yang lebih tinggi dan harga yang masih jauh di atas harga tiga tahun lalu.

“Mereka berisiko memperpanjang penerimaan mereka dengan suku bunga tinggi dan memperlambat perekonomian dengan cara yang sebenarnya tidak diperlukan,” kata Profesor Keuangan di Yale School of Management dan mantan ekonom The Fed, Bill English.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement