REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) menyebut kondisi pemangkasan pegawai brand besar di Timur Tengah sebagai imbas dari boikot produk Israel tidak sama dengan yang terjadi di Indonesia. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Akumindo Edy Misero mengatakan, seruan boikot produk pro Israel di Indonesia justru mengalami penurunan.
"Kita petakan dulu, memang kondisi di Timur Tengah berbeda dengan Indonesia. Kita sedang dalam suasana pesta demokrasi sehingga gema terhadap boikot produk Israel dan teman-temannya malah tenggelam," ujar Edy saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Edy sejak awal menyampaikan, seruan boikot terhadap produk pro Israel harus dilakukan secara bersama. Hal ini bertujuan agar dampak terhadap penggunaan produk lokal, atau UMKM bisa menjadi jauh lebih besar.
"Kita sempat kencang dengan boikot produk Israel, tapi waktu itu saya katakan, kita menunggu kebersamaan, mari kita semua, apalagi kalau ajakan bersama itu didorong oleh pemerintah," ucap Edy.
Edy menyebut, aksi boikot produk pro Israel tentu akan mendorong penjualan produk UMKM. Menurut Edy, hal ini merupakan momentum yang positif dalam membantu dan meningkatkan penggunaan produk UMKM.
"Kalau produk Israel dan teman-temannya dilarang, peluang produk UMKM jadi lebih banyak. Itu kalau (boikot) itu menggema dan disepakati bersama," sambung Edy.
Namun, lanjut Edy, gelombang boikot tersebut tampak surut menyusul kontestasi politik. Padahal, ucap Edy, para kandidat dapat memanfaatkan isu ini sebagai poin penting menunjukkan keberpihakan terhadap produk UMKM.
"Saat ini kan isunya setiap hari bicara nomor 01, 02, 03. Tentu (boikot saat ini) tidak punya dampak signifikan dibandingkan kondisi saat sebelum pemilu," kata Edy.