Selasa 30 Jan 2024 14:14 WIB

Petani 'Mengepung' Paris untuk Desak Pemerintah Penuhi Tuntutan

Pemerintah Prancis telah berjanji melonggarkan peraturan lingkungan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Petugas polisi mengawasi puluhan traktor yang ikut serta dalam demonstrasi di jalan raya A15 dekat Argenteuil, utara Paris, Prancis, (29/1/2024).
Foto: EPA-EFE/YOAN VALAT
Petugas polisi mengawasi puluhan traktor yang ikut serta dalam demonstrasi di jalan raya A15 dekat Argenteuil, utara Paris, Prancis, (29/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Petani Prancis memblokir jalan tol di seluruh negeri. Mereka mengatakan aksi ini bertujuan untuk "mengepung" Paris demi menekan pemerintah bertindak lebih banyak dalam membantu mereka menghadapi inflasi, bersaing dengan barang impor murah dan kondisi hidup yang lebih baik.

Pemerintah yang khawatir unjuk rasa semakin memanas menjelang pemilihan Parlemen Eropa bulan Juni lalu sudah membatalkan rencana untuk mengurangi subsidi diesel pertanian secara bertahap.

Baca Juga

Prancis juga mengatakan akan mendorong negara-negara anggota Uni Eropa melonggarkan regulasi lahan kosong. Namun menurut organisasi petani langkah-langkah tersebut tidak cukup. "Pada tahap ini yang kami inginkan, adalah meningkatkan tekanan," kata ketua serikat petani Prancis, FNSEA, Arnaud Rousseau pada stasiun radio RTL, Senin (29/1/2024).

"Jadi kami ingin memblokir semua jalan tol utama yang ke dan dari Paris, hingga 30 kilometer dari Paris, tujuan kami menekan pemerintah. Sehingga kami dapat segera menemukan solusi dari krisis ini," tambahnya.

Petani negara-negara Eropa lain seperti Jerman dan Polandia menggelar aksi serupa. Protes ini digelar menjelang pemilihan Eropa di mana dukungan terhadap kelompok sayap kanan semakin kuat di antara petani.

Di dekat Beauvais, sebelah utara Paris, puluhan traktor berbaris di jalan raya. Salah satu dari sekian banyak aksi protes serupa di seluruh Prancis. "Saya mencintai pekerjaan saya, tetapi saya ingin mencari nafkah dari pekerjaan ini," tulis salah satu spanduk protes di Beauvais.

"Akhir dari kami adalah kelaparan Anda," kata spanduk lainnya yang memainkan kata dalam bahasa Prancis yang terdengar mirip, yaitu fin (akhir-red) dan faim (kelaparan-red). 

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement