Selasa 30 Jan 2024 16:35 WIB

Penyakit Pangkal Busuk Batang Disebut Ancaman Bagi Perkebunan Kelapa Sawit

Ganoderma sebabkan penyakit pangkal busuk batang pohon sawit.

Simposium Internasional Ganoderma di Bandung.
Foto: Dok Republika
Simposium Internasional Ganoderma di Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --Pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit masih menjajikan dan jadi tumpuan untuk menjaga perekonomian nasional terjaga. Ekspor pertanian didominasi oleh minyak kelapa sawit yang nilainya tahun 2022 USD34,94 miliar atau sekitar Rp 600 triliun. 

Dengan kondisi seperti ini masih banyak tantangan dan persoalan di lapangan yang mempengaruhi produksi dan produktivitas di antaranya penyakit pangkal busuk batang yang disebabkan oleh Ganoderma. Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah menyatakan hal ini pada pembukaan Simposium Internasional Ganoderma yang diselenggarakan Media Perkebunan, Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia, dan BPDPKS di Bandung.

Baca Juga

Sambutan dibacakan Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Ardi Praptono secara daring.

Perkebunan rakyat yang terkena Ganoderma mencapai 46.767 ha, paling besar di Sumut yang sudah masuk generasi ke lima, 34.000 ha. Perkebunan rakyat yang terkena tersebar di 12 provinsi yaitu NAD, Sumut, Riau, Sumbar, Jambi, Bangka Belitung, Sumsel, Lampung, Kalteng, Kaltim, Kalbar dan Sulbar.

Pemerintah melakukan pemantauan dan pelaporan Ganoderma di semua provinsi dengan aplikasi  sistim informasi informasi pelaporan dan rekap data (sipereda OPT). Informasi pengendalian OPT melalui aplikasi sistim informasi kesehatan tanaman (sinta).

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit , Eddy Martono, menyatakan industri kelapa sawit merupakan industri yang mengelola sumber daya alam untuk pangan dan energi. Ketika pandemi Covid industri kelapa sawit bertumbuh, sawit menjaga neraca perdagangan tetap positif.  Selain penghasil devisa yang sangat besar, juga memuka lapangan kerja 16,2 juta orang baik langsung atau tidak langsung.

Penyakit busuk pangkal batang yang diakibatkan Ganoderma merupakan salah satu ancaman terhadap keberlanjutan sawit Indonesia. Sering terjadi baik di perusahaan dan perkebunan rakyat , terlambat menyadari sehingga harus dieridikasi.

Banyak upaya untuk melakukan mitigasi ganoderma seperti sanitasi, deteksi dini dan rekayasa tanaman tahan ganoderma. Hasilnya belum memuaskan sehingga harus dilakukan berbagai upaya. Serangan ganoderma sudah meluas di sentra provinsi sawit dan pengendaliannya sangat spesifik lokasi, sehingga mitigasi A misalnya berhasil di satu provinsi belum tentu berhasil di provinsi lain.

Kalau semakin banyak tanaman yang terkena dan eridikasi banyak yang dilakukan maka populasi tanaman berkurang  dan produksi dan produktivitas menurun. Saat ini ada trend produktivitas minyak kelapa sawit semakin menurun penyebabnya mungkin salah satunya karena serangan Ganoderma.

Ganoderma merupakan ancaman luar  biasa bagi kelapa sawit, sangat menakutkan dan mengancam keberlanjutan. Dulu menyerang setelah tanaman masuk generasi kedua, sekarang generasi pertama juga sudah ada yang terserang. Semula hanya Sumatera, sekarang ada di Kalimantan dan Sulawesi. Penelitian ganoderma perlu diperbanyak dengan pendanaan BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit) sehingga menghasilkan mitigasi baru yang selama ini tidak terpikirkan.

Dadang Gusyana, Ketua Bidang Agronomi P3PI menyatakan bahaya, diperkirakan tahun 2050 hingga 2100 produksi Sawit tidak lagi berkelanjutan karena serangan Ganoderma. Hal ini dikemukakan oleh Russel M Peterson dalam risetnya yang berjudul Ganoderma boninense Diseases of Oil Palm to Significantly Reduce Production After 2050 in Sumatera if Projected Climate Changes Accour.

Apakah hanya di Sumatera ? Ganoderma kini tidak lagi menyerang tanaman kelapa sawit generasi kedua, tapi juga telah menyerang kelapa sawit generasi pertama. Jamur ganoderma telah menyebar kemana-mana melalui udara, termasuk ke areal tanaman kelapa sawit baru. 

Berbeda dengan Malaysia, di Indonesia, data valid total luas lahan sawit yang terkena penyakit busuk pangkal batang belum diketahui.  Ada Yang menyebutkan sekitar 200 ribu hektar meliputi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, dan Kalimantan Tengah. Data dari pengamatan dinas perkebunan di lahan sawit milik petani. Total luas lahan sawit yang terserang sekitar 2.428 hektare dengan nilai kerugian Rp 3,6 miliar. 

Secara biologist Ganoderma tergolong pada kelompok cendawan yang lemah. Serangan pada kelapa sawit menjadi dominan karena terjadi ketidakseimbangan agroekosistem di perkebunan kelapa sawit dan tidak adanya cendawan kompetitor dalam tanah, akibat menurunnya unsur hara organik dalam tanah dan aplikasi herbisida yang tidak bijaksana.

Namun, bukan berarti ganoderma tidak bisa dicegah. Pada prinsipnya, ganoderma tidak akan masuk atau menyerang tanaman jika tanamanan tersebut sehat.

Tony Liwang, Komite Riset BPDPKS menyatakan , BPDPKS sudah membiayai beberapa riset terkait Ganoderma seperti penggunaan drone untuk deteksi dini. Kalau sudah bisa diaplikasikan diharapkan dapat membantu mengurangi serangan Ganoderma. Riset-riset lain seperti deteksi dini, pengendalian dengan mikoriza dan lain-lain. Diharapkan kedepan semakin banyak riset ganoderma yang bisa diaplikasikan. BPDPKS sangat berkepentingan untuk menjaga keberlanjutan sawit Indonesia, termasuk dari ancaman ganoderma.

Karyudi, Dewan Pakar P3PI menyatakan Ganoderma ini sudah lama ada di Indonesia. Sekarang jadi masalah berat sebab bila terlambat dideteksi menyebabkan tanaman sawit mati. Kalau seranganya masif dan meluas produksi kelapa sawit Indonesia dipastikan menurun. Pegendaliannya adalah mengembalikan kondisi tanah seperti pada masa lalu dengan memasukan organisme antagonis seperti mikoriza dan trichoderma. Sekarang yang diperlukan adalah pengendalian yang tepat sesuai kondisi setempat sebab beda daerah akan berdeda pengendaliannya. Setelah ini yang penting tindak lanjutnya yaitu bagaimana masing-masing peserta menindaklanjuti di lapangan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement