Rabu 31 Jan 2024 02:05 WIB

AS: Ada Kerangka Kerja untuk Pembebasan Sandera dari Gaza

Meskipun kemajuan telah dicapai, belum ada kesepakatan yang siap diumumkan.

Warga menyaksikan helikopter tentara Israel yang membawa warga Israel yang disandera Hamas di helipad Schneider-Childrens Medical Center di Petah Tikva, Israel, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.
Foto: EPA-EFE/ABIR SULTAN
Warga menyaksikan helikopter tentara Israel yang membawa warga Israel yang disandera Hamas di helipad Schneider-Childrens Medical Center di Petah Tikva, Israel, Jumat (24/11/2023). Israel dan Hamas sepakat untuk melakukan pembebasan sandera sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata selama empat hari. Sebanyak 50 sandera Israel dibebaskan oleh Hamas dan 150 wanita Palestina serta anak-anak yang ditahan di penjara Israel dibebaskan oleh Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Gedung Putih pada Senin (29/1/2024) mengatakan para perunding yang berupaya menghasilkan kesepakatan membebaskan sandera yang ditahan kelompok Palestina Hamas, telah mengembangkan "kerangka kerja" yang dapat mengarah pada perjanjian sebenarnya.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby menggambarkan pembicaraan yang sedang berlangsung ini bermanfaat. Namun meskipun kemajuan telah dicapai, belum ada kesepakatan yang siap untuk diumumkan dalam waktu dekat.

Baca Juga

"Kami kira ada semacam 'kerangka kerja' disini untuk kesepakatan sandera selanjutnya yang benar-benar memberikan perbedaan dalam hal membebaskan lebih banyak sandera, lebih banyak bantuan masuk, dan menurunkan tingkat kekerasan. Sehingga mengurangi korban jiwa," ujar Kirby dalam wawancara dengan TV MSNBC.

“Banyak janji di sini, tapi sekali lagi, saya ingin memperjelas bahwa masih ada diplomasi di depan kita, masih banyak diskusi yang harus dilakukan sebelum kita bisa mencapainya,” tambahnya.

Harian Washington Post, sempat melaporkan bahwa Presiden AS Joe Biden mengirimkan Direktur CIA William Burns ke luar negeri dalam misi membantu menengahi kesepakatan tersebut. Burns dikirim ke Eropa untuk mengikuti pembicaraan dengan tiga pejabat regional, mencakup mitra Israel David Barnea dan Mesir Abbas Kamel, serta Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman al-Thani, kata harian itu.

Gedung Putih menolak mengomentari perjalanan Burns ketika didesak oleh wartawan. Namun mengatakan dia telah "terlibat dalam membantu kami dengan rumah sakit yang ada dan mencoba membantu kami membangun rumah sakit lain."

Otoritas Penyiaran Israel melaporkan pada Ahad (28/1/2024), kemajuan telah dicapai dalam negosiasi setelah berakhirnya pertemuan puncak pada hari Minggu di ibukota Prancis, Paris.

Mesir dan Qatar telah menjadi mediator utama antara Israel dan Hamas di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza dan telah membantu menengahi jeda sementara pertempuran tersebut, yang telah menewaskan setidaknya 26.420 jiwa di wilayah pesisir itu, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemudian mengeluarkan pernyataan di mana dia mengakui bahwa Burns juga hadir. Namun menyatakan bahwa masih ada kesenjangan yang signifikan yang akan terus didiskusikan oleh kedua belah pihak pada pertemuan bersama tambahan yang akan diadakan pekan ini.

Israel telah melakukan pemboman besar-besaran dan invasi ke Jalur Gaza sebagai pembalasan atas serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan hampir 1.200 warga Israel.

Mereka juga berupaya membatasi aliran bantuan internasional ke wilayah pesisir tersebut, yang telah berada di bawah blokade Israel selama 17 tahun. Kesepakatan yang sedang dirundingkan akan mengharuskan pembebasan sisa sandera sebagai imbalan apa yang disebut Washington Post sebagai 'penghentian permusuhan terlama sejak perang dimulai tahun lalu.'

Masih belum jelas berapa lama hal itu akan berlangsung, namun Israel baru-baru ini mengusulkan jeda perang 60 hari sebagai imbalan pembebasan sandera, menurut sejumlah laporan.

sumber : antara, anadolu
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement