Selasa 30 Jan 2024 18:48 WIB

Film Godzilla Minus One Salip Rekor Parasite di Box Office

Film Godzilla Minus One kembali meraih pencapaian mengejutkan.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Salah satu adegan di film Godzilla Minus One. Film ini mengalahlan rekor Parasite sebagai film non Inggris dengan pendapatan kotor tertinggi dalam sejarah box office AS.
Foto: Dok. Toho Co., Ltd
Salah satu adegan di film Godzilla Minus One. Film ini mengalahlan rekor Parasite sebagai film non Inggris dengan pendapatan kotor tertinggi dalam sejarah box office AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua bulan setelah debutnya di bioskop, popularitas film Godzilla Minus One terus menanjak hingga memecahkan rekor baru. Pada akhir pekan ini, film asal Jepang tersebut kembali meraih pencapaian mengejutkan. 

Film Godzilla Minus One baru saja menyalip Parasite asal Korea Selatan. Parasite arahan sutradara Bong Joon-ho awalnya menempati peringkat satu dari tiga film non Inggris dengan pendapatan kotor tertinggi dalam sejarah box office AS. 

Baca Juga

Film Godzilla Minus One dengan versi visual hitam putih menakjubkan menjadi daya tarik besar bagi penonton. Film tersebut telah melewati penayangan eksklusif selama satu pekan. Film ini telah meraup lebih dari 100 juta dolar AS di seluruh dunia.

Edisi baru ini menghasilkan tambahan 2,6 juta dolar AS di AS, total pendapatan akhir pekan terbesar sejak tahun baru sehingga meningkatkan pendapatannya menjadi 55 juta dolar AS. Ini melampaui raihan total Parasite sebesar 53,3 juta dolar AS pada tahun 2020, tidak disesuaikan dengan inflasi. 

Film ini juga mendekati tonggak sejarah lainnya dengan tambahan 2,2 juta dolar AS melampaui film Life is Beautiful karya Roberto Benigni tahun 1997, yang menghasilkan 57,2 juta dolar AS tanpa penyesuaian, dan menempati posisi kedua. Film Crouching Tiger, Hidden Dragon dengan pendapatan 128 juta dolar AS tidak akan terkalahkan untuk saat ini. Godzilla Minus One dirilis pada "masa tenang" pada Desember dan memanfaatkan kurangnya alternatif, serta pujian dari mulut ke mulut yang organik untuk menarik penonton. Film ini dipuji dari segi karakterisasi, kedalaman, dan kemanusiaan yang digambarkan di layar.

Film ini mengambil latar di Jepang setelah Perang Dunia II, mengeksplorasi perjuangan negara tersebut dalam pembangunan kembali negara setelah perang dan kemunculan Godzilla yang tiba-tiba. Ceritanya mengisahkan Kōichi Shikishima, seorang pilot kamikaze pada 1945 yang meninggalkan misinya dan mendarat di Pulau Odo.

Di sana, ia bertemu Godzilla, makhluk prasejarah raksasa yang mendatangkan malapetaka di pulau itu. Shikishima tidak berdaya dalam tantangan tersebut, dan hanya mekanik utama Tachibana yang bertahan di sampingnya.

Sekembalinya ke rumah, Shikishima mengetahui bahwa orang tuanya tewas dalam pemboman Tokyo. Dia bergumul dengan rasa bersalah orang yang selamat dan mengambil tanggung jawab untuk merawat Noriko, seorang wanita muda yang juga kehilangan orang tuanya dalam pemboman. Ada pula Akiko, seorang bayi yatim piatu yang diselamatkan Noriko. 

Mereka membentuk keluarga yang tidak biasa, menghadapi tantangan baru ketika Godzilla yang kini diubah dan diperkuat oleh uji coba nuklir memulai serangkaian serangan. Hal ini berujung pada berbagai konfrontasi dan perumusan rencana untuk mengalahkan Godzilla menggunakan taktik militer dan metode ilmiah.

Film ini memikat dari segi visual, musik, karakterisasi, dan efeknya dengan anggaran terbatas. Film ini dinyatakan masuk nominasi Academy Award untuk Efek Visual Terbaik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement