Selasa 30 Jan 2024 22:51 WIB

Badan Amal Palestina Seret Biden ke Pengadilan Atas Keterlibatan Genosida Gaza

Biden dinilai ikut terlibat dalam Genosida di Gaza.

Rep: Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
 Seorang pengunjuk rasa memegang poster bergambar Presiden AS Joe Biden, saat unjuk rasa mengecam dukungan AS terhadap Israel, di San Jose, Kosta Rika, 16 Januari 2024 lalu.
Foto: VOA
Seorang pengunjuk rasa memegang poster bergambar Presiden AS Joe Biden, saat unjuk rasa mengecam dukungan AS terhadap Israel, di San Jose, Kosta Rika, 16 Januari 2024 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM — Badan Amal Palestina menyeret Presiden Amerika Serikat (AS) atas dugaan keterlibatannya dalam Genosida Israel terhadap rakyat Palestina di Gaza. 

Pertahanan untuk Anak-anak Internasional Palestina (DCIP), mengklaim Joe Biden, Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin telah mendukung kampanye pengeboman Israel yang sedang berlangsung di Gaza, di mana lebih dari 27 ribu orang Palestina telah terbunuh.

Baca Juga

Para penggugat menuntut pengadilan federal agar menyatakan Amerika Serikat telah gagal mencegah genosida dan justru membantu dan bersekongkol dengan genosida. 

Penggugat meminta Amerika Serikat untuk mengakhiri dukungan militer dan diplomatik Amerika untuk kampanye genosida Israel di Gaza.

Dilansir dari Middle East Monitor, Selasa (30/1/2024), sidang diadakan di Oakland, California dan berlangsung lebih dari empat jam. 

Dalam sidang tersebut, juga menghadirkan kesaksian dari seorang dokter yang bekerja di Gaza, empat orang Palestina-Amerika yang telah kehilangan anggota keluarga dalam kampanye pengeboman tanpa henti, serta seorang pejabat DCIP dan seorang ahli Holocaust.

Orang-orang Palestina menguraikan bagaimana kehidupan mereka telah berubah sejak 7 Oktober, ketika Israel mulai mengebom Gaza.

"Kami mengalami beberapa perpindahan. Ini adalah perpindahan keempat untuk saya dan keluarga saya," kata Dr Omar Al Najjar mengatakan kepada pengadilan dari Gaza. 

Dia menjelaskan bagaimana ia tidak bisa menghubungi keluarganya dan dia bekerja 24 jam sehari di rumah sakit. 

“Saya tidak punya apa-apa lagi selain kesedihan saya, seperti mayat hidup. Inilah yang telah dilakukan Israel, dengan para pendukungnya,” kata Dr Najjar.

Mantan penduduk Gaza, Ahmed Abofoul, yang bertahan dari tiga perang dan memutuskan untuk mempelajari hukum sebagai hasilnya, mengatakan: "Gaza yang kita tahu, tidak ada lagi. Segala sesuatu yang kita ketahui tidak ada lagi." Dia mengatakan keluarganya telah kehilangan lebih dari 60 anggota dalam pemboman, 50 dalam satu serangan. "Dengan setiap panggilan telepon (keluarga saya) tidak sama, kami telah kehilangan lebih banyak," kata Abofoul kepada pengadilan.

Ditanya..

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement