Rabu 31 Jan 2024 14:03 WIB

Houthi Siap Terlibat Konflik Jangka Panjang dengan AS dan Inggris

Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal ke kapal komersial.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Setyanavidita livicansera
Houthi memperlihatkan poster pemimpin gerakan Houthi, Abdel Malek al-Houthi, saat unjuk rasa mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza dan menentang serangan udara pimpinan AS di Yaman, di Sanaa, Yaman
Foto: AP Photo/Osamah Abdulrahman
Houthi memperlihatkan poster pemimpin gerakan Houthi, Abdel Malek al-Houthi, saat unjuk rasa mendukung rakyat Palestina di Jalur Gaza dan menentang serangan udara pimpinan AS di Yaman, di Sanaa, Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA – Kelompok Houthi Yaman mengatakan siap terlibat konfrontasi jangka panjang dengan Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Kedua negara tersebut diketahui telah melancarkan serangkaian serangan militer ke Yaman dan membidik fasilitas milik Houthi sebagai respons atas berlanjutnya penargetan kapal-kapal dagang di Laut Merah.

“Kami siap menghadapi konfrontasi jangka panjang melawan kekuatan tirani. Amerika, Inggris, dan mereka yang berkoordinasi dengan mereka harus menyadari kekuatan keputusan kedaulatan Yaman dan tidak ada perdebatan atau perselisihan mengenai hal itu,” ujar komandan pasukan Houthi, Mohamed al-Atifi, Selasa (30/1/2024).

Baca Juga

Pada 11 Januari 2024, AS dan Inggris meluncurkan serangan militer perdana ke Yaman. Mereka menargetkan fasilitas milik Houthi. Serangan itu dilancarkan karena Houthi terus menyerang kapal-kapal dagang yang melintasi Laut Merah dan Teluk Aden. Serangan terhadap kapal-kapal tersebut sudah dilakukan Houthi sejak November tahun lalu.

Setelah serangan perdana, AS dan Inggris telah meluncurkan serangkaian serangan ke Yaman. Namun hal itu tak menghentikan Houthi membidik kapal-kapal yang melintasi Laut Merah, termasuk kapal berbendera Amerika.

Pada 24 Januari lalu, misalnya, Houthi menyerang kapal dagang milik Negeri Paman Sam. “Ada tiga rudal Houthi yang ditembakkan ke dua kapal dagang di Laut Merah bagian selatan. Satu rudal meleset dan dua lainnya ditembak jatuh oleh kapal perusak Angkatan Laut AS,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby saat mengomentari serangan tersebut.

“Ini jelas menggarisbawahi bahwa Houthi masih berniat melakukan serangan-serangan ini, yang berarti kita masih harus melakukan apa yang harus kita lakukan untuk melindungi pengiriman tersebut,” kata Kirby.

Komando Pusat AS (CENTCOM) mengatakan rudal-rudal Houthi ditembakkan ke arah kapal kontainer M/V Maersk Detroit yang berbendera, dimiliki, dan dioperasikan AS. Namun CENTCOM tidak menyebutkan kapal kedua yang menjadi sasaran. “Tidak ada laporan korban luka atau kerusakan pada kapal tersebut,” kata CENTCOM dalam sebuah pernyataan.

Sebelum insiden itu, Komando Pusat Angkatan Laut AS (NAVCENT) membantah klaim kelompok Houthi yang menyebut bahwa mereka berhasil menyerang kapal kargo militer berbendera Amerika, Ocean Jazz, di Teluk Aden. “Laporan teroris Houthi mengenai dugaan serangan yang berhasil terhadap ‘M/V Ocean Jazz’ jelas-jelas salah. NAVCENT telah menjaga komunikasi konstan dengan ‘M/V Ocean Jazz’ selama transit yang aman,” kata NAVCENT pada 23 Januari 2024 lalu.

Pada 22 Januari 2024, Houthi mengatakan telah menyerang kapal kargo militer Ocean Jazz di Teluk Aden. Houthi mengatakan, serangan tersebut merupakan balasan atas agresi AS. “Angkatan bersenjata Yaman terus membalas setiap agresi Amerika atau Inggris terhadap negara kami dengan menargetkan semua sumber ancaman di Laut Merah dan Arab,” kata juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.

Houthi tak mengungkap kapan dan di mana tepatnya serangan terhadap Ocean Jazz dilakukan. Sejak 19 November 2023, kelompok Houthi telah meluncurkan puluhan serangan rudal dan drone ke kapal-kapal komersial yang melintasi Laut Merah.

Houthi mengklaim mereka hanya membidik kapal-kapal milik Israel atau menuju pelabuhan Israel. Serangan terhadap kapal-kapal tersebut merupakan bentuk dukungan Houthi terhadap perjuangan dan perlawanan Palestina.

Sejak Houthi aktif menyerang kapal-kapal di Laut Merah, sejumlah perusahaan kargo memutuskan untuk menghindari wilayah perairan tersebut. Perubahan jalur laut dengan menghindari pelayaran melintasi Laut Merah dapat menyebabkan penundaan pengiriman kargo dan memicu kenaikan ongkos pengiriman.

Hal itu karena Laut Merah merupakan jalur terpendek antara Asia dan Eropa melalui Terusan Suez. Laut Merah adalah salah satu jalur laut yang paling sering digunakan di dunia untuk pengiriman minyak dan bahan bakar. 

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement