REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso mengatakan, di tengah ketatnya likuiditas perbankan nasional dampak dari era suku bunga yang tinggi, BRI berhasil menjaga rasio likuiditas pada level yang memadai.
Tercatat rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) BRI pada akhir Desember 2023 sebesar 84,2 persen. Selain itu, BRI juga mampu menjaga rasio kecukupan modal (CAR) di level memadai sebesar 27,3 persen.
"Dengan kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai tersebut, perseroan masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik di tahun 2024. Dari sisi operasional, perseroan mampu untuk terus meningkatkan efisiensi operasionalnya," kata Sunarso dalam Pemaparan Kinerja Keuangan BRI Tahun 2023 di Jakarta Rabu (31/1/2024).
Hal tersebut tercermin dari rasio biaya terhadap pendapatan (CIR) yang terus membaik dibanding tahun lalu. CIR BRI pada Desember 2023 tercatat 41,9 persen atau lebih baik dibandingkan CIR pada akhir Desember 2022 sebesar 47,4 persen.
Sepanjang 2023, BRI membukukan kinerja cemerlang sepanjang 2023. BRI mencatatkan laba Rp 60,4 triliun pada 2023, kinerja laba BRI secara grup pun tumbuh double digit 17,5 persen.
Keberhasilan BRI juga tak terlepas dari penyaluran kredit BRI yang tumbuh 11,2 persen yakni sebesar Rp 1.266,4 triliun yoy pada Desember 2023. Dari jumlah tersebut, 84,4 persen atau Rp 1.068,7 triliunnya didapatkan dari penyaluran kredit UMKM.
Pertumbuhan kredit yang double digit tersebut, lanjut Sunarso, berdampak baik ke pendapatan bunga yang tercatat senilai Rp 188,1 triliun atau naik 16,9 persen secara tahunan (yoy).
Sepanjang 2023, BRI juga berhasil menjaga kualitas kredit dengan rasio non performing loan (NPL) atau kredit macet sebesar 2,95 persen. Sementara untuk mencatatkan NPL coverage BRI mencatat sebesar 229,09 persen.
Untuk Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI berhasil menghimpun sebesar Rp 1.358,3 triliun atau tumbuh 3,9 persen secara tahunan. Dari total dana yang dihimpun itu khusus untuk dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) 64,4 persen.