REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK TENGAH -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi. Potensi tersebut diperkirakan terjadi pada awal Februari 2024.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Nindya Kirana mengatakan pada dasarian I Februari 2024 (1-10 Februari 2024) diprakirakan curah hujan dengan intensitas 20-50 milimeter dengan probabilitas kejadian 90 persen terjadi di sebagian besar wilayah NTB. "Peluang curah hujan 100 milimeter/dasarian berpeluang terjadi di sebagian besar wilayah Pulau Lombok bagian utara, Sumbawa bagian utara, serta Bima bagian utara dengan probabilitas kejadian 50-90 persen," kata dia, Kamis (1/2/2024).
Kemudian peluang curah hujan dengan intensitas 150 milimeter/dasarian dengan probabilitas kejadian sebesar 40-50 persen berpeluang terjadi di Tambora. "Peringatan dini potensi curah hujan tinggi di wilayah NTB nihil," katanya.
BMKG menyatakan hasil monitoring ENSO terakhir menunjukkan Indeks ENSO (+1,79) terpantau berada pada kondisi El Nino Sedang. Prediksi Indeks ENSO akan menurun secara gradual mulai Februari 2024 hingga mencapai nilai negatif mulai Mei 2024.
Sedangkan nilai anomali Sea Surface Temperature (SST) di Samudera Hindia menunjukkan nilai IOD (Indian Ocean Dipole) sebesar (+0.76). Kondisi IOD positif diprediksi menuju Netral setidaknya hingga Juli 2024.
Aliran massa udara di wilayah Indonesia didominasi oleh angin baratan dengan daerah belokan angin diprediksi terjadi di sepanjang garis ekuator. "MJO (Madden Julian Oscillation) diprediksi aktif di fase 5 dan 6 hingga awal dasarian I Februari 2024. MJO berkaitan dengan aktivitas konveksi/potensi awan hujan di wilayah Indonesia," katanya.
Sebagian besar wilayah NTB terpantau telah memasuki musim hujan 2023/2024 dan sebagian masih berada pada masa peralihan. Karena itu masyarakat perlu mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi, seperti hujan lebat disertai angin kencang yang dapat terjadi secara tiba–tiba dan bersifat lokal, banjir, dan tanah longsor.
"Selain itu masyarakat dapat memanfaatkan hujan yang turun untuk mengisi penampungan air seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya," kata Nindya Kirana.