Kamis 01 Feb 2024 17:30 WIB

Cuaca Ekstrem, Bencana Kekeringan dan Banjir Kian Mengancam Indonesia

Indonesia dinilai perlu membangun bangsa yang siaga terhadap bencana.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Warga menaiki perahu untuk melintasi jalang yang tergenang banjir.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Warga menaiki perahu untuk melintasi jalang yang tergenang banjir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin mengatakan bahwa sejak bulan September hingga saat ini kenaikan suhu per bulan rata-rata mencapai 1,5 derajat celcius. Perubahan cuaca ekstrem ini dipahami oleh para ekonom global dapat berdampak pada penurunan ekonomi global.

Ia juga menilai bahwa saat ini Indonesia diancam oleh dua hal akibat dari cuaca ekstrem, yaitu kekeringan dan banjir karena hujan ekstrem. "Keduanya adalah bentuk yang paling sederhana dari yang akan kita hadapi ketika suhu meningkat secara signifikan,” kata Erma dalam keterangan tertulis seperti dikutip Kamis (1/2/2024).

Baca Juga

Menurut publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Jawa Tengah pada Januari tahun 2024, lanjut Erma, Jawa Tengah mengalami 47 kali bencana alam yang 80 persen disebabkan oleh cuaca ekstrem.

“Kalau kita melek cuaca banyak laporan terjadi puting beliung di beberapa daerah, ini salah satu dampak dari cuaca ekstrem. Dengan skala dampak yang luar biasa termasuk yang terjadi di Gedung BRIN Gunung Sindur pada awal Januari yang lalu,” jelas dia.

Lebih lanjut ia menyampaikan, perlunya inisiasi untuk membangun bangsa yang siaga terhadap cuaca, membangun kesadaran masyarakat agar siap dan tanggap pada cuaca. Perlunya pemerintah untuk membentuk komite cuaca ekstrem, untuk meminimalisir dampak buruk atau korban jiwa yang mungkin terjadi akibat dari cuaca ekstrem ini.

BRIN melakukan kajian perubahan iklim (2021-2050) khusus wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI). Kajian yang menggunakan teknik dynamic downscaling resolusi tinggi dari tim periset BRIN tersebut, menunjukkan kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan signifikan.

Menurut Erma, riset-riset yang dikaji oleh BRIN adalah untuk mengetahui lebih dalam terkait mekanisme-mekanisme cuaca ekstrem yang ada di Indonesia ketika terjadi perubahan iklim. 

“Tujuan kami adalah fokus pada formula yang paling generik atau general yang bisa kita gunakan untuk mengkalkulasi cuaca ekstrem. Kami melihat selama ini masyarakat melihat cuaca ekstrem dampaknya tidak katastropik atau mengancam nyawa dan tidak berdampak luas,” tutur dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement