REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI) menyayangkan aksi 12 negara yang membekukan dana kemanusiaan untuk Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Bendahara Umum BSMI dr Prita Kusumaningsih Sp OG mengatakan, kebijakan Amerika Serikat dan sekutunya tersebut memperberat penderitaan warga Gaza. Para pengungsi pun terancam tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka.
“Diboikotnya UNRWA atau Badan PBB untuk Pengungsi Palestina tentu saja membuat berkurangnya support untuk donasi yang dilakukan,”ujar Prita lewat keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (1/2/2024).
Sebagaimana diketahui, Setidaknya ada 12 negara yang menghentikan pendanaan ke UNRWA seperti Jerman, Swiss, Italia, Kanada, Finlandia, Australia, Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Prancis, Austria dan Jepang. Negara-negara tersebut menyetop bantuan untuk Gaza karena laporan dari Pemerintah Israel yang menuduh staf-staf UNRWA terlibat dalam serangan 7 Oktober.
UNRWA adalah lembaga kemanusiaan utama di Gaza. Dia menyebut lebih dari dua juta orang di Gaza bergantung pada UNRWA untuk kelangsungan hidup mereka. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres bahkan menggambarkan UNRWA sebagai tulang punggung dari seluruh respons kemanusiaan di Gaza.
Prita menjelaskan, BSMI dan lembaga kemanusiaan lainnya tidak akan mampu meng-cover kebutuhan sekitar dua juta warga Gaza yang sekarang menjadi pengungsi. Terlebih, ujar Prita, hampir semua warga berkumpul di Gaza mengingat populasi mereka yang meningkat. Mereka pun menderita kelaparan dan penyakit.
Terlebih, ujar Prita, sekitar 1,4 juta warga berkumpul di Rafah, sehingga terjadi over populasi. Mereka pun menderita kelaparan dan penyakit menular. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan ada sekitar 8000 penyakit hepatitis A yang memang penularannya bersumber dari air minum yan tercemar
Prita mengungkapkan, musim dingin yang menimpa Gaza diperparah dengan musim hujan. Percikan air hujan bahkan membuat air masuk ke tenda pengungsi sehingga mereka tidur di atas tanah yang becek. Menurut Prita, kendisi tersebut membuat para pengungsi semakin besar berisiko terkena penyakit. “Terlebih jika UNRWA tidak lagi didanai. Saya tak membayangkan apa yang akan terjadi,”kata dia.