REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Energi dan Infrastruktur Uni Emirates Arab (UEA) Suhail Mohamed Al Mazrouei mempertimbangkan untuk menanamkan investasi pada pembangunan jaringan kereta bawah tanah atau subway di Bali.
Hal ini disampaikan Suhail usai bertemu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dalam pertemuan tingkat menteri UEA dan Indonesia di Hotel Four Seasons Hotel, Jakarta Selatan, Kamis (1/2/2024).
“Kami masih melihat sejumlah investasi. Kereta api di Bali, siklusnya masih berproses mulai dari penandatanganan MoU, mendapatkan data, meninjaunya, memberikan pembahasan proposal,” kata Suhail.
Suhail melanjutkan, ada perusahaan asal UEA yakni Etihad Railways yang saat ini sedang mempertimbangkan untuk ikut menanamkan investasi dalam pembangunan transportasi massal tersebut.
“Di antara perusahaan-perusahaan di sini adalah Etihad Railways dan mereka sedang mempertimbangkan proyek tersebut,” ujarnya.
Namun demikian, Suhail tidak ingin terburu-buru membeberkan terkait rencana investasi perusahaan itu dalam proyek kereta api tersebut. Sebab, saat ini pihaknya masih meninjau proyek tersebut.
“Kami melihat proyek ini karena pemerintah Indonesia memberi kami kesempatan untuk melihat proyek tersebut. Sekarang mereka sedang melihatnya. Begitu kami memiliki sesuatu, maka kami akan membagikannya. Saya tidak memiliki angka pasti, sebab angka pasti berubah, meski saya memberi angka setelah satu bulan, nomornya akan berubah," ujarnya.
Pemerintah provinsi Bali dan pemerintah pusat sedang merancang subway dalam rangka mengurai kepadatan lalu lintas di Pulau Dewata. Subway ini direncanakan akan menghubungkan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai-Central Parkir Kuta-Seminyak dan Canggu di Kabupaten Badung, Bali.
Rencananya, operasional subway di Bali ini berbeda dengan Moda Raya Terpadu (Mass Rapid Transit atau MRT) dan Lintas Rel Terpadu atau kereta api ringan (Light RailTransit atau LRT) yang tarifnya disubsidi oleh pemerintah.