Jumat 02 Feb 2024 11:31 WIB

Tanpa Pendanaan, UNRWA Dipastikan Mati Perlahan

Setidaknya 18 negara, menghentikan pendanaan bagi UNRWA.

AS dan 8 negara Barat lainnya menghentikan sementara pendanaan untuk badan bantuan PBB untuk Palestina, UNRWA.
Foto: VOA
AS dan 8 negara Barat lainnya menghentikan sementara pendanaan untuk badan bantuan PBB untuk Palestina, UNRWA.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) akan berhenti beroperasi jika para donor tidak melanjutkan pendanaan, kata Komisaris Jenderal Philippe Lazzarini pada Kamis (1/2/2024), menurut Kementerian Luar Negeri Rusia.

Dikatakan bahwa Lazzarini mengatakan kekhawatirannya melalui diskusi telepon dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Vershinin. "Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menginformasikan mengenai tindakan segera yang harus diambil untuk menyelidiki dan mengklarifikasi seluruh kejadian tersebut, memastikan jika kecurigaan terbukti, semua yang bertanggung jawab akan dihukum," sebut kementerian itu.

Baca Juga

Pada saat yang sama, ditekankan bahwa jika donor tidak mempertimbangkan keputusan mereka menghentikan pendanaan, semua aktivitas badan itu, termasuk dalam kegiatan kemanusiaan di Jalur Gaza yang dilanda bencana, akan berhenti. Setidaknya 18 negara, bersama dengan Uni Eropa, menghentikan pendanaan bagi UNRWA berdasarkan tuduhan Israel bahwa 12 staf badan itu terlibat dalam serangan 7 Oktober oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

Badan PBB itu mengadakan penyelidikan pekan lalu atas tuduhan tersebut. Vershinin menekankan bahwa kecurigaan terhadap 12 pegawai badan tersebut tidak dapat dan tidak boleh digunakan untuk menghukum seluruh struktur PBB secara kolektif, dengan menunjukkan bahwa staf badan tersebut di Gaza berjumlah 13.000 pegawai, serta hampir 6 juta warga Palestina yang tinggal di wilayah pendudukan dan negara-negara Arab.

Dia mencatat, selama 75 tahun, UNRWA telah membantu pengungsi Palestina tidak hanya di Tepi Barat dan Jalur Gaza, tetapi juga di Yordania, Lebanon, dan Suriah. Vershinin menyoroti bahwa bantuan sebagian besar didanai melalui kontribusi sukarela dari para donor.

"Pendaan tersebut dibutuhkan untuk melaksanakan proyek di bidang pendidikan, kesehatan dan layanan sosial bagi 5,9 juta pengungsi," kata Lazzarini. Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober, 2023 yang telah menewaskan sedikitnya 27.019 warga Palestina dan melukai 66.139 orang.

Sementara itu sekitar 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas. Serangan Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.

 

sumber : antara, anadolu
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement