Jumat 02 Feb 2024 21:51 WIB

Bos BRI Ungkap Potensi Bisnis Menggiurkan dari Budi Daya Nila Salin

Sehingga diakuinya menarik bagi BRI untuk mendukung bisnis itu.

Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (kiri), Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso (kanan).
Foto: Antara/Sinta Ambar
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono (kiri), Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso menyebutkan ada potensi bisnis yang besar dalam proyek modeling nila salin atau tilapia di Karawang, Jawa Barat.

“Ini kan tambak udang yang tidak cocok lagi untuk udang, kemudian ditemukan komoditas nila salin itu. Bagi BRI ada potensi bisnis luar biasa,” ujar Sunarso saat ditemui di Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/2/2024).

Baca Juga

Dia menilai dengan luas tambak budi daya nila salin seluas 80 hektare dengan satu siklus panen selama delapan bulan mampu menghasilkan laba bersih hingga Rp 38 miliar. Sehingga diakuinya menarik bagi BRI untuk mendukung bisnis itu.

“Itu satu siklus 8 bulan net profit-nya Rp 38 miliar. Satu siklus Rp 38 miliar, modal investasi Rp 76 miliar sehingga kita menghitung tiga siklus saja balik. Ini menarik untuk bisnis bagi bank,” ujarnya.

Ke depan, lanjut dia, apabila modeling ini telah berjalan dan direplikasi pelaku usaha maka BRI akan turut serta mendukung para pelaku usaha salah satunya petambak atau pelaku budi daya ikan sebagai bentuk dukungan kepada pelaku usaha kecil.

Kehadiran BRI pada tambak budi daya nila salin di Karawang, lanjutnya, juga dihadirkan melalui penanaman 1.100 bibit pohon mangga sebagai upaya dalam mengimplementasikan prinsip-prinsip environmental, social and governance (ESG).

Sehingga diharapkan dalam dua tahun mendatang kawasan tambak ini lebih hijau dan sejuk. Kehadiran BRI pun tak hanya penanaman saja, melainkan juga dilakukan pemeliharaan termasuk pengukuran pertumbuhan serta perhitungan biomassa yang dihasilkan sehingga ke depan menjadi aset karbon yang dimiliki BRI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement