Sabtu 03 Feb 2024 08:16 WIB

Jelang Bitcoin Halving, Harga Aset Kripto Diperkirakan Melonjak

Pelemahan pasar aset kripto diperkirakan tidak akan berlangsung lama.

Red: Setyanavidita livicansera
Pelaku bisnis Kripto, Nanda Rizal memantau grafik perkembangan nilai aset kripto, Bitcoin di Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/3/2022). Pelaku bisnis kripto tersebut mengatakan potensi perdagangan aset kripto sangat luas karena selain sudah ditetapkan sebagai komoditas yang legal oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag), bisnis tersebut juga memiliki potensi pasar yang terus tumbuh terutama di kalangan pengusaha muda atau kaum milenial
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Pelaku bisnis Kripto, Nanda Rizal memantau grafik perkembangan nilai aset kripto, Bitcoin di Malang, Jawa Timur, Sabtu (12/3/2022). Pelaku bisnis kripto tersebut mengatakan potensi perdagangan aset kripto sangat luas karena selain sudah ditetapkan sebagai komoditas yang legal oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan (Kemendag), bisnis tersebut juga memiliki potensi pasar yang terus tumbuh terutama di kalangan pengusaha muda atau kaum milenial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Platform investasi aset kripto Bittime, memperkirakan pasar aset kripto berpotensi kembali menguat pascapengumuman Federal Open Market Committee (FOMC) oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed, dan menjelang gelaran bitcoin halving.

CEO Bittime Ryan Lymn mengatakan, keputusan The Fed itu sudah diantisipasi oleh para pelaku pasar, dan apabila terdapat koreksi di pasar aset kripto, maka merupakan hal yang sesuai momentum. “Pascapengumuman hasil FOMC, koreksi terjadi hampir di seluruh pasar aset. Tak hanya aset kripto, bursa saham pun turut melemah dalam merespons keputusan The Fed,” ujar Ryan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu, (3/2/2024).

Baca Juga

Ryan melanjutkan pelaku pasar saat ini sudah berpikir jauh ke depan dalam hal suku bunga. Dimana mayoritas pelaku pasar telah memprediksi pemotongan suku bunga baru dimulai pada Mei atau Juni 2024, bukan pada Maret 2024.

“Tim riset Bittime menilai koreksi terjadi lebih karena terpicu retorika  bertolak belakang  yang mungkin terus dimunculkan sebelumnya. Maka ketika terkena sentimen suku bunga yang kurang mendukung, akan memicu koreksi di pasar saham. Dan sebagai konsekuensinya, terjadi arus keluar modal dari aset kripto," ujar Ryan.

Ia beranggapan, pelemahan pasar aset kripto tidak akan berlangsung lama. Karena terdapat berbagai hal yang diprediksi akan menjadi sentimen positif dan turut mengerek pasar aset kripto untuk rebound.

“Ada beberapa hal yang diprediksi menjadi sentimen pendorong pasar aset kripto. Mulai dari, bitcoin ​​​​halving yang diproyeksikan terjadi pada April 2024, altcoin season, hingga beberapa proyek baru yang dinilai memiliki potensi tinggi,” ujar Ryan.

Tim riset Bittime menilai pelemahan harga bitcoin (BTC) kemungkinan akan terbatas. Dimana nilai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar itu diprediksi bakal berkonsolidasi di antara level 44 ribu dolar AS dan 42 ribu dolar AS.

“Menurut tim riset Bittime, level 42 ribu dolar AS dan di bawah level 40,000 dolar AS dapat bertindak sebagai level support (pendukung) utama. Dan itu bakal menjadi level harga yang akan menarik pembeli, sehingga pasar aset kripto akan rebound. Prediksi kami, tahun ini BTC berpeluang menembus nilai tertinggi 2021 lalu di level 68 ribu dolar AS,” ujar Ryan.

Selain bitcoin halving, beberapa proyek baru dinilai memiliki potensi tinggi untuk mendongkrak pasar aset kripto, dimana token Jupiter (JUP) yang tengah jadi perbincangan adalah token ini didukung oleh proyek sektor DeFi yang berada di dalam ekosistem Solana, aset kripto dengan nilai kapitalisasi terbesar kelima dunia.

Product Manager Bittime Fransiskus Bupu Awa Du’a mengatakan proyek DeFi (decentralized-finance) kerap terkendala seperti soal fragmentasi likuiditas dan distribusi token yang tidak merata, dimana kadang-kadang menyebabkan inefisiensi perdagangan. Kondisi demikian menurutnya membutuhkan adanya solusi inovatif dan inklusif.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement