REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guterres menyatakan 'sangat' khawatir atas kemungkinan meluasnya serangan militer Israel ke wilayah Rafah di Jalur Gaza selatan, demikian menurut Stephane Dujarric, juru bicara Guterres pada Jumat, (2/2/2024).
"Kami telah melihat dampaknya terhadap warga sipil atas tindakan di Khan Younis, tidak hanya warga sipil tetapi juga dampaknya terhadap fasilitas kami ketika wilayah itu diserang." "Jelas saja, sejak dimulainya serangan darat, banyak pergerakan warga menuju selatan," tambah Dujarric kepada wartawan di New York.
Dia menambahkan bahwa terdapat populasi yang “lebih padat” di wilayah selatan dan orang-orang hidup dalam kondisi yang “mengerikan” di sana. "Jadi hal ini sangat mengkhawatirkan," tambah dia.
Rafah saat ini menjadi tempat tinggal bagi separuh penduduk Gaza yang telah mengungsi akibat perang. Rafah juga menjadi rute utama bantuan kemanusiaan bagi 2,2 juta orang yang sangat membutuhkan.
Israel telah membunuh lebih dari 27 ribu orang di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang. Serangan militer tersebut telah menyebabkan pengungsian dan kehancuran massal serta menciptakan kondisi kelaparan.