REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung terus berupaya melakukan pemantauan harga pangan sebulan menjelang Ramadhan agar harga-harga kebutuhan pokok tetap terjaga stabil.
"Terutama menjelang Ramadhan dan Idul Fitri ini karena harga pangan pasti nanti akan naik kembali, jadi akan terus dilakukan pemantauan harga," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung Evie Fatmawaty di Bandarlampung, Jumat (2/2/2024). Ia mengatakan pemantauan harga, salah satunya melalui operasi pasar, dilakukan untuk menjaga stabilitas harga pangan, seiring dengan potensi tingginya permintaan masyarakat pada periode Ramadhan.
"Semoga nanti dengan pelaksanaan operasi pasar, sebagai salah satu cara pemerintah menjaga stabilitas harga, bisa membantu masyarakat mendapatkan bahan pangan yang harganya terjangkau," katanya.
Saat ini ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga seperti salah satunya tepung tapioka. Namun, pemerintah daerah akan mengutamakan komoditas yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat untuk dilakukan operasi pasar terlebih dahulu.
"Untuk tepung tapioka kita lihat ketersediaan juga nanti, dan karena permintaan masyarakat yang paling besar ini beras karena memang menjadi kebutuhan pokok, jadi diutamakan yang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat dahulu untuk dioperasi pasarkan," ucapnya.
Menurut Evie, tidak menutup kemungkinan bila ada komoditas lain yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat dan mengalami kenaikan harga, maka juga akan dilakukan operasi pasar. "Oleh sebab itu, pemerintah terus berupaya membantu masyarakat dengan memberi subsidi harga melalui operasi pasar ketika harga naik. Untuk saat ini kita lihat terlebih dahulu ketersediaannya, yang lain nanti akan dilakukan subsidi juga kalau komoditas tersebut tinggi sekali kenaikan harganya," tambahnya.
Evie mengatakan, kegiatan stabilisasi harga pangan bukan hanya menjadi kewajiban pemerintah provinsi, melainkan perlu pula dukungan dari pemerintah kabupaten serta kota untuk melakukan program serupa. Menurut dia, pengadaan pangan membutuhkan kerja sama dari semua pihak, sebab pasokan kebutuhan pangan ini sangat berkaitan mulai dari hulu sampai hilir, dengan permintaan dan ketersediaan harus seimbang.
"Seperti saat ini ada kenaikan harga beras akibat beberapa waktu lalu ada fenomena iklim El Nino sehingga tanam padi sempat terhambat, tetapi beberapa waktu lalu sudah tanam dan Maret bisa panen jadi diharapkan harga bisa kembali stabil," ujar dia lagi.
Saat ini, beberapa komoditas pangan terpantau mengalami kenaikan di pasar tradisional di Kota Bandarlampung seperti bawang merah ukuran sedang dijual Rp 28 ribu per kilogram naik dari sebelumnya Rp 27 ribu dan bawang putih ukuran sedang Rp 37.150 per kilogram naik Rp 1.650 per kilogram.
Cabai merah besar Rp 84.800 naik Rp 14.800 per kilogram, dari sebelumnya sekitar Rp 70 ribu sampai Rp 60 ribu, cabai keriting Rp 61.150 per kilogram naik Rp 6.000 per kilogram, rawit hijau Rp 41.250 per kilogram naik Rp 2.750 per kilogram, dan cabai rawit merah Rp 44.750 per kilogram naik Rp 2.250 per kilogram.
Gula pasir lokal plastik curah Rp 17 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 14 ribu per kilogram. Gula pasir bermerek Rp18 ribu per kilogram naik dari sebelumnya Rp 16 ribu per kilogram, minyak goreng curah Rp 16 ribu per liter naik dari sebelumnya Rp 13 ribu per liter, minyak goreng kemasan Rp17.000 hingga Rp 20.400 per kilogram dari biasanya Rp 16 ribu per kilogram.
Kemudian telur Rp 27 ribu per kilogram naik dari sebelumnya Rp 25.500 per kilogram, beras medium Rp16 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 13 ribu hingga Rp 14 ribu per kilogram, ketan Rp 22 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp18 ribu per kilogram dan tepung tapioka Rp13 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp 9 ribu per kilogram.