WARRAN – Komunitas Arab Amerika di Negara Bagian Michigan benar-benar menjalankan gerakan mengabaikan Presiden Joe Biden. Ini terjadi saat Biden melakukan kunjungan ke Michigan pada Kamis (1/2/2024), yang merupakan bagian dari kampanye Pilpres 2024.
Biden duduk bersama anggota serikat pekerja, United Auto Workers setelah mereka menyatakan dukungan agar Biden dipilih kembali pada pilpres November mendatang. Namun, iring-iringan kendaraan Biden mesti menepi saat di Warren, Michigan.
Ini dilakukan untuk menghindari sekitar 200 pengunjuk rasa sebelum Biden sampai di tempat tujuan. Warga Arab-Amerika berunjuk rasa untuk menunjukkan kemarahannya atas dukungan sang presiden pada Israel yang menyerang Gaza.
Serangan membabi-buta Israel telah menyebabkan 27 ribu warga sipil Gaza meninggal dunia, sebagian besar korban meninggal adalah perempuan dan anak-anak. Padahal seruan internasional untuk mendorong gencatan senjata terus didesakkan.
Massa dalam unjuk rasa menyerukan,’’ Genocide Joe has got to go”. Mereka juga mengibarkan bendera Palestina. Peristiwa ini sepekan setelah International Court of Justice (ICJ) menetapkan putusan awal yang mendesak Israel mencegah militernya melakukan genosida.
‘’Michigan memiliki populasi Muslim dan Arab Amerika yang besar, pada pemilu lalu mereka memberikan suara signifikan untuk Biden,’’ ujar Patty Culhane yang melaporkan dari Warren untuk Aljazirah. Suara di Michigan sangat menentukan bagi terpilihnya kembali Biden.
Culhane menjelaskan, jika Biden kehilangan suara mereka meski hanya setengahnya maka kemungkinan tak bisa menang di Michigan. Tanpa suara besar di Michigan, tambah dia, maka langkahnya semakin sempit untuk memenangkan jabatan presiden untuk periode kedua.
Kekecewaan pada Biden terlihat jelas. ‘’Tak ada yang akan membuat saya memilih presiden yang mendukung genosida,’’ ujar pengunjuk rasa yang menyebut dirinya, Hawraa.’’Bukan hanya saya tetapi orang lain juga. Komunitas Arab saya tak akan pernah memilih laki-laki ini.’’
Salma Hamamy, aktivis Students for Justice in Palestine, menyatakan Biden sepenuhnya telah mengabaikan komunitas Arab dan Palestina, juga konsep kemanusiaan. Biden tetap mendukung Israel menyerang Gaza meski komunitas Arab menentangnya.
‘’Seperti dia mengabaikan kami, maka kami akan mengabaikan dia pada hari pencoblosan,’’ kata Hamamy. Ia menambahkan, Arab Amerika tak akan lagi memilih di antara yang minim keburukannya antara capres Demokrat dan Republik pada pemilu mendatang.
Komunitas Arab Amerika, jelas dia, akan memberikan suaranya kepada mereka yang benar-benar pantas mendapatkannya. Bersama Wisconsin dan Pennsylvania, Michigan merupakan negara bagian yang disebut blue wall of states yang membuat Biden menang pada Pemilu 2020.
Bahkan dalam beberapa tahun terakhir Michigan kian condong ke Demokrat. Untuk pertama kalinya, partai ini sekarang mengontrol semua tingkatan pemerintahan dalam kurun empat dekade. Biden ingin mengamankan 15 electoral vote di negara bagian ini.
Namun, perang Israel di Gaza bakal memengaruhi kesempatan Biden mewujudkannya. ‘’Ada kemarahan yang benar-benar mencuat di komunitas Arab Amerika,’’ kata Presiden Arab American Institute James Zogby.
Ia menuturkan, bayangkanlah sebuah situasi bahwa presiden hendak mengunjungi sebuah kota dan orang-orang mencoba merancang pertemuan sebelum presiden datang. Lalu, komunitas di sana mengatakan tak ingin bertemu dengan presiden.
‘’Mereka menolaknya dan akhirnya Gedung Putih mau tak mau menghapus rencana pertemuan itu,’’ kata Zogby. Ia memprediksi kekalahan di Michigan berarti pertanda kekalahan Biden pada pemilu November 2024 mendatang.
Para ahli strategi di Partai Demokrat berharap kemungkinan Donald Trump kembali memegang jabatan presiden bakal cukup mengubah pendirian komunita Arab Amerika. Namun Khalid Turaani, yang membantu menginisiasi gerakan Abandon Biden, yakin itu tak berjalan.
‘’Karena Joe Biden presiden, kami tak yakin Israel akan mengendurkan pengeboman. Demikian pula kalau Trump presiden. Saya tak yakin Israel lebih sedikit melakukan pengeboman karena Trump presiden,’’ jelas Turaani. ‘’Kita perlu gencatan senjata.’’ n han