Sabtu 03 Feb 2024 21:50 WIB

Kompolnas Awasi Netralitas Polri dalam Mengamankan Pemilu 2024

Polri harus netral dalam menghadapi Pemilu 2024.

Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti.
Foto: Dok Polri
Anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Poengky Indarti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) mengawasi secara ketat terkait netralitas Polri dalam setiap tahapan penyelenggaraan Pemilu 2024.

“Tentunya dalam mengasi netralitas Polri dalam pemilu, kami melakukan beberapa langkah,” kata anggota Kompolnas Poengky Indarti saat dikonfirmasi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Langkah-langkah pengawasan yang dilakukan Kompolnas, yakni melakukan supervisi ke sejumlah polda, polres hingga polsek.

“Supervisi ini untuk memastikan polisi benar-benar netral. Termasuk tindakan tertentu yang perlu dilakukan jika misalnya ada istri, anak atau keluarga polisi yang ikut caleg,” terangnya.

Langkah kedua, memastikan Operasi Mantap Brata 2023-2024 berjalan dengan baik, dengan cara mengantisipasi jangan sampai ancaman terhadap keamanan, ketertiban masyarakat (Kamtibmas) menjadi gangguan nyata.

“Misalnya menggalakkan patroli, termasuk patroli siber untuk mencegah berita-berita hoaks, mengantisipasi daerah-daerah rawan bencana dan rawan kerusuhan,” ujarnya.

Kemudian, langkah ketiga, Kompolnas juga menyerukan penggunaan anggaran Operasi Mantap Brata secara profesional dan transparan.

Kompolnas juga menyerukan sanksi tegas apabila ada anggota Polri yang diduga menyalahgunakan anggaran Operasi Mantap Barat, seperti yang terjadi di Polres Kupang, NTT.

“Kami juga menyerukan kepada masyarakat untuk melaporkan ke Kompolnas jika ada dugaan ketidaknetralan anggota Polri dan dugaan korupsi anggaran Operasi Mantap Brata,” ujarnya.

Dari hasil pengawasan yang dilakukan, lanjut Poengky, salah satunya supervisi di Polda Maluku Utara pada akhir Desember 2023.

Dalam supervisi tersebut, Kompolnas menekankan netralitas Polri harus dijaga dengan baik. Di mana artinya, anggota Polri tidak berpolitik praktis, tidak dipilih dan memilih.

“Tetapi bagi purnawirawan Polri dan keluarga anggota Polri yang berstatus sipil, misalnya istri, anak, famili boleh berpolitik praktis,” katanya.

Untuk itu, lanjut Poengky, jika ada anggota Polri yang istrinya atau anaknya atau keluarganya terdaftar sebagai salah satu calon legislatif, DPR, atau capres dan cawapres, maka anggota Polri tersebut tetap harus netral.

“Tidak boleh membantu dan memberikan dukungan dengan menggunakan fasilitas institusi Polri,” ujar Poengky.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement