Sabtu 03 Feb 2024 20:21 WIB

Balas Kematian Tiga Tentaranya di Yordania, AS Serang Irak dan Suriah 

fasilitas yang terhantam serangan AS meliputi pusat komando dan kendali.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Muhammad Hafil
Tentara Amerika berpatroli di dekat penjara yang diserang pada 20 Januari oleh militan Negara Islam di Hassakeh, Suriah, 8 Februari 2022. Pasukan AS telah menghentikan patroli militer gabungan di Suriah utara untuk melawan ekstremis Negara Islam, karena ancaman Turki akan serangan darat invasi menghalangi misi tersebut dengan pasukan Kurdi.
Foto: AP Photo/Baderkhan Ahmad
Tentara Amerika berpatroli di dekat penjara yang diserang pada 20 Januari oleh militan Negara Islam di Hassakeh, Suriah, 8 Februari 2022. Pasukan AS telah menghentikan patroli militer gabungan di Suriah utara untuk melawan ekstremis Negara Islam, karena ancaman Turki akan serangan darat invasi menghalangi misi tersebut dengan pasukan Kurdi.

REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON – Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangkaian serangan udara ke Irak dan Suriah pada Jumat (2/2/2024). Serangan tersebut membidik Korps Garda Revolusi Iran, Pasukan Quds, yakni divisi operasi eksternal dari Garda Revolusi Iran, serta kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran. Itu merupakan aksi pembalasan AS atas terbunuhnya tiga tentara mereka dalam serangan pesawat nirawak di Yordania.

Komando Pusat AS (CENTCOM) mengungkapkan, serangan ke Irak dan Suriah dilakukan oleh sejumlah pesawat, termasuk pembom jarak jauh yang diluncurkan dari AS. Secara keseluruhan, lebih dari 85 target terhantam oleh lebih dari 125 amunisi presisi.

Baca Juga

CENTCOM mengatakan, fasilitas yang terhantam serangan AS meliputi pusat komando dan kendali serta pusat intelijen, tempat penyimpanan roket, rudal dan drone. Fasilitas rantai pasokan logistik serta amunisi kelompok milisi dan sponsor Garda Revolusi Iran yang memfasilitasi serangan terhadap pasukan AS dan koalisinya termasuk dalam target yang diserang.  

Presiden AS Joe Biden mengungkapkan, serangan pada Jumat lalu itu hanya awal dari respons negaranya. “Ini akan berlanjut pada waktu dan tempat yang kami pilih. AS tidak menginginkan konflik di Timur Tengah atau di mana pun di dunia. Namun biarlah semua orang yang ingin menyakiti kami mengetahui hal ini: Jika Anda menyakiti warga Amerika, kami akan membalasnya,” ujarnya, dikutip laman Anadolu Agency.

Pada Ahad (28/1/2024) lalu, serangan pesawat nirawak ke Tower 22 membunuh tiga tentara AS melukai sedikitnya 34 lainnya. Tower 22 merupakan sebuah instalasi militer terpencil di Yordania, dekat perbatasan Irak dan Suriah. Washington menuding kelompok milisi Perlawanan Islam (Islamic Resistance) yang berbasis di Irak mendalangi serangan tersebut. Perlawanan Islam, yang didukung Iran, memang mengakui bahwa mereka aktor di balik penyerangan ke Tower 22.

Pada Rabu (31/1/2024) lalu, Iran mengatakan ia akan dengan tegas merespons setiap serangan yang menargetkan wilayah atau kepentingannya. Di hari yang sama, Kepala Korps Garda Revolusi Iran Hossein Salami juga menyampaikan bahwa negaranya tidak takut terlibat peperangan dan konfrontasi dengan AS.

“Belakangan ini, kami mendengar beberapa ancaman dari para pejabat Amerika, yang kepadanya kami sampaikan… kami tidak membiarkan ancaman apa pun tidak terjawab dan kami tidak menginginkan perang, namun kami tidak takut berperang,” kata Salami kepada media pemerintah Iran, dikutip laman Al Arabiya.

Terkait aksi serangan ke Tower 22 yang menewaskan tiga tentara AS, sejumlah senator AS menyerukan pemerintahan Biden meluncurkan serangan militer ke Iran. “Satu-satunya jawaban terhadap serangan-serangan ini adalah pembalasan militer yang dahsyat terhadap pasukan teroris Iran, baik di Iran maupun di Timur Tengah,” kata Senator Partai Republik Tom Cotton saat mengomentari terbunuhnya tiga tentara AS di Yordania, Ahad (28/1/2024).

Senator Partai Republik Lindsey Graham turut menyuarakan hal serupa dengan Cotton. “Satu-satunya hal yang dipahami rezim Iran adalah kekerasan. Sampai mereka membayar harga dengan infrastruktur dan personel mereka, serangan terhadap pasukan AS akan terus berlanjut,” ujar Graham.

“Pukul Iran sekarang. Pukul mereka dengan keras,” tambah Graham, yang merupakan kritikus vokal terhadap pendekatan pemerintahan Biden terhadap Iran.

Sementara itu, senator Partai Republik lainnya, Rick Scott menghubungkan insiden terbunuhnya tiga tentara AS di Yordania dengan melemahnya kekuatan AS di bawah kepemimpinan Joe Biden. “Iran secara terang-terangan mempertanyakan kekuatan dan tekad AS berkat sikap Biden yang menenangkan negara sponsor terorisme terbesar di dunia ini. Itu harus diakhiri,” ucapnya.

Senator Republik Dan Sullivan turut mengecam serangan yang membunuh tiga tentara AS di Yordania. “Proksi teroris Iran telah melewati garis merah dengan dilaporkannya pembunuhan tiga anggota militer AS yang pemberani dan melukai puluhan lainnya,” ujar Sullivan.

Senator Partai Demokrat Jacky Rosen turut mengomentari terbunuhnya tiga tentara AS di Yordania. Dia menyalahkan Iran dalam insiden tersebut. “(Iran) harus bertanggung jawab,” katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement