REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Dinas Pariwisata Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menargetkan, destinasi wisata Loang Baloq tahun ini bisa menjadi salah satu sumber pendapatan asli daerah (PAD).
"Jika melihat potensi PAD destinasi wisata Loang Baloq bisa mencapai Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar," kata Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram Cahya Samudra di Mataram, Sabtu (3/2/2024).
Setelah dilakukan penataan dua tahun lalu, wisata Loang Baloq yang saat ini dikelola oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat belum dijadikan sumber pendapatan daerah.
Namun dengan perkembangan selama ini dan potensi yang ada, mulai tahun 2024, katanya, destinasi wisata Loang Baloq akan menjadi salah satu sumber PAD di Kota Mataram.
"Untuk pengelolaan, kita sudah punya Perda sebagai payung hukum yang mengatur tentang pengelolaannya Loang Baloq. Jadi kita tinggal jalan saja," katanya.
Sementara terkait manajemen pengelolaan pokdarwis yang sudah ada akan disesuaikan dengan regulasi yang ada agar bisa mengejar target PAD yang ditetapkan.
"Penetapan target PAD, kita diupayakan di 2024 ini sebab tahun 2023 belum ada masuk menjadi pendapatan daerah karena sepenuhnya dikelola pokdarwis," katanya.
Lebih jauh Cahya yang baru dilantik menjadi Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram pada Rabu (31/1-2024), mengatakan, untuk mencapai target PAD di Loang Baloq tersebut, pihaknya akan menambah berbagai fasilitas yang dibutuhkan.
"Tujuannya, agar menjadi daya tarik masyarakat dan wisatawan berkunjung ke Loang Baloq," katanya.
Ia mengatakan, beberapa fasilitas yang dilengkapi antara lain, wahana perahu yang dapat digunakan pengunjung berselancar di sekitar perairan Pantai Loang Baloq. Selain itu, wahana kebun binatang mini (mini zoo) dengan berbagai koleksi binatang seperti berbagai jenis burung, bebek angsa, iguana, dan koleksi terbaru saat ini adalah kuda poni.
"Kita juga akan membuat air mancur seperti yang ada di areal Teras Udayana, untuk menambah keindahan kawasan tersebut," katanya.
Di samping itu, Dispar juga akan melakukan penataan pedagang kaki lima (PKL), dan menyiapkan panggung kecil di tepi pantai sebagai tempat live music. Panggung tersebut bisa dimanfaatkan oleh para pengamen agar tidak berkeliling lagi menghampiri pengunjung dan dapat mengganggu kenyamanan pengunjung.
"Pengamen akan kita seleksi mana pengamen yang layak tampil atau tidak dan peran Pokdarwis kita optimalkan untuk lebih ketat memberikan akses kepada para pengamen yang masuk," katanya.