Senin 05 Feb 2024 08:09 WIB

Berakhirnya Perjuangan Hage Geingob Melawan Kanker

Pada 2014, Geingob memenangkan pemilu dengan 87 persen suara.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
FILE -Presiden Namibia Hage Geingob berbicara pada sesi pleno KTT Iklim PBB COP28, pada (1/12/2023), di Dubai.
Foto: AP Photo/Peter Dejong, File
FILE -Presiden Namibia Hage Geingob berbicara pada sesi pleno KTT Iklim PBB COP28, pada (1/12/2023), di Dubai.

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Kantor kepresidenan Namibia mengumumkan Presiden Hage Geingob meninggal dunia di usia 82 tahun di rumah sakit. Geingob meninggal pada Ahad (4/2/2024) pagi, beberapa pekan setelah didiagnosa kanker.

Ia berkuasa di negara kecil padat penduduk di negara selatan Afrika sejak 2015. Beberpa tahun lalu, ia mengumumkan dirinya merupakan penyintas kanker prostat. Kini, Wakil Presiden Nangolo Mbumba akan menggantikan posisinya sampai pemilihan presiden dan parlemen pada akhir tahun ini.

Baca Juga

Namibia negara kaya sumber daya mineral seperti berlian dan lithium, bahan baku baterai mobil listrik. Dalam unggahannya di media sosial X, kantor kepresidenan Namibia tidak mengungkapkan alasan kematian Geingob.

Namun bulan lalu kantor kepresidenan mengatakan Geingob berkunjung ke Amerika Serikat untuk "perawatan sel kanker selama dua hari," setelah didiagnosa menderita kanker dalam pemeriksaan kesehatan rutin. Lahir pada tahun 1941, Geingob merupakan politisi terkenal sejak Namibia meraih kemerdekaan dari Afrika Selatan yang dikuasai minoritas kulit putih pada 1990.

Ia adalah ketua dewan yang merancang konstitusi Namibia dan menjadi perdana menteri pertama pada 21 Maret tahun itu, posisi yang ia pertahankan hingga 2002. Pada 2007, Geingob menjadi wakil presiden Organisasi Rakyat Afrika Barat Daya (SWAPO). Ia bergabung dengan partai itu sejak kemerdekaan Namibia yang masih dikenal Afrika Barat Daya. Kekuasaan SWAPO tak tergoyahkan sejak kemerdekaan.

Bekas jajahan Jerman itu secara teknis negara pendapatan menengah ke atas. Namun memiliki kesenjangan kekayaan yang begitu besar. "Tidak ada buku yang mempersiapkan kami untuk meraih keberhasilan dalam tugas pembangunan dan pembagiaan kemakmuran setelah kemerdekaan. Kami harus membangun Namibia dengan memutuskan rantai ketidakadilan di masa lalu," kata Geingob dalam pidato di hari kemerdekaan 2018.

Geingob menjabat sebagai menteri perdagangan dan perindustrian sebelum kembali menjadi perdana menteri pada 2012. Pada 2014, ia memenangkan pemilu dengan 87 persen suara tapi menang tipis dengan hanya mendapatkan lebih dari setengah suara dalam pemilu berikutnya pada November 2019.

Pemilu itu diwarnai skandal penyuapan pejabat pemerintah. Media setempat melaporkan beberapa pejabat dituduh memberikan kuota ikan makerel kuda pada perusahaan perikanan Islandia, Samherji dengan imbalan suap. Skandal itu memicu protes dan membuat dua menteri mundur.

Satu tahun kemudian, Geingob menyesalkan kekayaan Namibia masih dikuasai segelintir orang kulit putih. "Distribusi adalah masalah, tapi bagaimana kami melakukannya," kata Geingob di bincang virtual dalam kegiatan yang diselenggarakan organisasi internasional Horasis.

"Kami memiliki masalah rasial di sini, perpecahan rasial historis. Sekarang Anda mengatakan kami harus mengambilnya dari orang kulit putih dan memberikannya kepada orang kulit hitam, itu tidak akan berhasil," katanya.

Komentarnya muncul setelah pemerintah membatalkan kebijakan yang tidak dapat diterapkan yang akan mewajibkan bisnis milik orang kulit putih untuk menjual 25 persen sahamnya kepada orang kulit hitam di Namibia. Kantor kepresidenan Namibia mengatakan Geingob meninggal di Rumah Sakit Lady Pohamba di Windhoek, di mana ia menerima perawatan dari tim medisnya. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement