Senin 05 Feb 2024 09:28 WIB

NATO Tampik Adanya Ancaman Militer dari Rusia

NATO telah diperkuat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Red: Setyanavidita livicansera
Pekerja angkatan darat dan kota menyiapkan kendaraan militer lapis baja Rusia yang rusak yang disita oleh tentara Ukraina di tengah invasi Rusia, di sepanjang Jalan Khreshchatyk di Kyiv (Kiev), Ukraina, (22/8/2023).
Foto: EPA-EFE/SERGEY DOLZHENKO
Pekerja angkatan darat dan kota menyiapkan kendaraan militer lapis baja Rusia yang rusak yang disita oleh tentara Ukraina di tengah invasi Rusia, di sepanjang Jalan Khreshchatyk di Kyiv (Kiev), Ukraina, (22/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg, Ahad (4/2/2024), mengatakan saat ini tidak ada ancaman militer dari Rusia terhadap anggota NATO, menyoroti peningkatan kemampuan pertahanan aliansi tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran publik Jerman, ARD, Stoltenberg menepis klaim bahwa Rusia akan menyerang anggota aliansi tersebut jika memenangi perang di Ukraina. "Saat ini kami tidak melihat adanya ancaman militer terhadap sekutu NATO dalam waktu dekat," katanya.

Baca Juga

Dia juga mencatat, NATO telah diperkuat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir dan semua negara anggota telah berinvestasi "secara signifikan" dalam pertahanan mereka sendiri. NATO telah beradaptasi dengan kenyataan baru yang timbul dari aneksasi ilegal Krimea oleh Rusia pada tahun 2014, mengakui dan menyesuaikan diri dengan perubahan keadaan, katanya.

Stoltenberg mengatakan dia mengharapkan Jerman dan semua anggota NATO untuk memodernisasi angkatan bersenjata mereka dan melengkapi mereka sesuai kebutuhan, mengingat bahwa Jerman saat ini adalah anggota dengan belanja pertahanan tertinggi setelah AS dan Inggris. Stoltenberg menekankan, kontribusi Jerman terhadap pertahanan kolektif NATO dan mendesak Jerman dan mitra lainnya untuk mengintensifkan upaya mereka membangun pertahanan yang andal untuk masa depan.

Menilai dampak yang akan terjadi terhadap NATO jika mantan presiden AS Donald Trump terpilih kembali, Stoltenberg menyatakan keyakinannya bahwa AS akan tetap menjadi sekutu NATO yang dapat diandalkan dan setia karena berbagai alasan yang sesuai dengan kepentingan keamanannya.

Mengenai kritik Trump di masa lalu terhadap anggota yang tidak mengeluarkan cukup dana untuk NATO, dia mengklarifikasi, hal tersebut lebih merupakan kritik terhadap tidak cukupnya belanja negara sekutu NATO. Ia pun menekankan bahwa dengan peningkatan pengeluaran dan persatuan, NATO tetap aman.

Stoltenberg juga menyoroti bahwa anggota NATO kini menguasai 50 persen kekuatan ekonomi dan militer dunia, menjadikan aliansi ini penting bagi AS. Dia mengharapkan AS untuk tetap menjadi mitra yang dapat diandalkan selama mereka berdiri dan bertindak bersama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement