Senin 05 Feb 2024 12:33 WIB

Masyarakat Lokal Jadi Ujung Tombak Revitalisasi Candi Muaro Jambi

Revitalisasi Candi Muaro Jambi saat ini menjadi agenda prioritas Kemendikbudristek.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Gita Amanda
Gundukan bangunan Candi Kotomahligai yang masih dalam proses revitalisasi di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muaro Jambi, Muaro Jambi, Jambi.
Foto: Republika/Ronggo Astungkoro
Gundukan bangunan Candi Kotomahligai yang masih dalam proses revitalisasi di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muaro Jambi, Muaro Jambi, Jambi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tengah melakukan revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Candi Muaro Jambi, Muaro Jambi, Jambi, yang merupakan peninggalan abad ke-7 hingga ke-8 masehi. Perevitalisasian tersebut dilakukan dengan turut menjadikan masyarakat sekitar sebagai ujung tombak.

“Hanya sebagai tempat penelitian-penelitian saja, tetapi belum berpikir ke arah pengembangan dan pemanfaatan. Revitalisasi ini harus bergerak kesana bagaimana nanti masyarakat sekitar inilah yang sebagai ujung tumbaknya di situ,” ucap Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Kemendikbudristek Agus Widiatmoko di KCBN Muaro Jambi, Sabtu (3/2/2024) lalu.

Baca Juga

Upaya untuk menjadikan masyarakat sekitar sebagai ujung tombak tersebut mulai dilakukan pada 2022. Ketika itu, pihaknya hendak melakukan penataan lingkungan di zona Candi Gumpung, Candi Tinggi, dan Kolam Telago Rajo yang cukup padat oleh pedagang, penyewaan sepeda, hingga penyedia guesthouse bagi para pengunjung yang hendak menginap.

“Pedagang ini kemudian kita wadahi yang sekarang namanya Paduka atau Pasar Dusun Karet. Kita bekerja sama dengan dunia usaha. Kita latih manajemen tentang UMKM dengan salah satu bank di Indonesia. Setelah kita latih di suatu tempat pelatihan, kemudian tahun kemarin kita bawa studi komparasi di pasar di Temanggung,” kata Agus.

 

Sebanyak kurang lebih 30 orang dibawa ke Temanggung untuk belajar memahami cara berdagang dan menjual makanan tradisional. Mereka juga diberi tahu soal pentingnya peduli lingkungan ketika berjualan dengan tidak menggunakan plastik sekali pakai. Pengalaman dan ilmu yang mereka dapatkan di sana kemudian dipraktikkan secara langsung di KCBN Candi Muaro Jambi.

 

“Ternyata cukup diminati, jadi keberadaan Paduka ini yang dulunya hanya sebagai pelengkap usaha untuk nambah uang dapur atau pelengkap, sekarang menjadi destinasi sendiri. Orang datang ke Paduka ingin menikmati kuliner khas,” kata dia.

Agus mengungkapkan, Paduka akan tutup ketika musim banjir datang di Muaro Jambi. Dengan letak geografis yang tak jauh dari parit sebagai jalur transportasi dan pengendalian banjir membuat air Sungai Batang Hari yang meluap tumpah ke kawasan percandian. Tapi, banjir tersebut disikapi dengan cara yang unik, yakni menjadikannya pasar apung.

“Kita diskusi bagaimana pandangan kita balik, banjir ini supaya menyenangkan, mendatangkan rezeki. Orang-orang senang kesini. Nah kemudian lahirlah dari Paduka ini Pasar Apung. Baru tahun ini. Jadi masyarakat yang punya perahu-perahu itu kita kumpulin, kemudian kita coba jualan di atas perahu,” kata dia.

Sebagai upaya pengembangan lebih lanjut dari kegiatan itu, dalam waktu dekat pihaknya akan mengirimkan sejumlah warga masyarakat ke Vietnam. Di Muaro Jambi, kata dia, ada delapan desa yang berada di sekitar aliran Sungai Batang Hari. Vietnam dijadikan tempat tujuan karena di sana ada situasi dan kondisi serupa dengan di Muaro Jambi, tepatnya di Sungai Mekong.

“Di sana ada juga bangunan candi di pinggiran sungai Mekong. Di sana menjadi destinasi yang luar biasa, bukan aspek pariwisatanya, tetapi nilai iniliterasinya diangkat betul, kearifannya lokal diangkat, dan memberi manfaat kemudian ekonomi masyarakat yang ada di pinggiran sungai Mekong,” kata dia.

Revitalisasi KCBN Muaro Jambi saat ini memang menjadi agenda prioritas Kemendikbudristek di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud). Revitalisasi KCBN Muarajambi diinisiasi atas dasar upaya untuk mendorong pengakuan dan usulan Muaro Jambi sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.

Struktur bata yang telah diinventarisasi di kawasan tersebut berjumlah 88 buah dengan sembilan di antaranya telah dilakukan pemugaran, yaitu Candi Astano, Candi Kembarbatu, Candi Tinggi, Candi Tinggi I, Candi Gumpung, Candi Gumpung I, Candi Gedong I, Candi Gedong II, dan Candi Kedaton. Candi Muaro Jambi disebut merepresentasikan keunikan yang luar biasa dalam tradisi spiritual dan pendidikan Buddhisme di Asia Tenggara.

“Situs ini tidak hanya menyimpan nilai sejarah dan budaya yang mendalam, tetapi juga menjadi saksi bisu atas pertukaran pengetahuan dan nilai spiritual antargenerasi,” kata dia. 

Kawasan Candi Muaro Jambi memiliki luas 3.981 hektar dan telah ditetapkan sebagai warisan budaya nasional berdasarkan penetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 259/M/2013. Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan Fitra Arda mengatakan, pelestarian KCBN Muarajambi tidak hanya berfokus pada cagar budaya, tetapi juga mengembangkan pelindungan alam dan lingkungan.

“Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi di kawasan ini, yaitu menjadikan kawasan ini sebagai pusat pendidikan, penguatan sumbu imajiner dengan menata kawasan candi, penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan tak benda,” jelas Fitra.

Dalam menjalankan aktivitasnya, kawasan ini akan dibentuk tata kelola di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya. Untuk mendukung upaya revitalisasi, kata dia, pihaknya telah memusatkan agenda ke Muaro Jambi. Misalnya, lewat Festival Kenduri Swarnabhumi dan Paduka. Pengembangan kawasan itu diharapkan tidak menghilangkan esensi pedesaannya dan masyarakat menjadi aktor utama dalam pengelolaannya.

Selain itu, pembangunan KCBN Muaro Jambi juga bertujuan untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekedar cagar budaya dan seni tari, lebih dari itu, kebudayaan adalah metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa. “Saat ini, kebudayaan sudah tidak lagi dianggap sebagai cost, tetapi investasi jangka panjang,” ungkap Fitra.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement