Senin 05 Feb 2024 15:56 WIB

Informasi Diplomatik Jepang Bocor Pascaserangan Siber China

Jepang mendeteksi serangan siber skala besar dan kebocoran telegram diplomatik.

Red: Nora Azizah
Jepang mendeteksi serangan siber skala besar dan bocornya sejumlah telegram diplomatik selama periode pemerintahan Jepang di bawah Perdana Menteri Shinzo Abe.
Foto: pixabay
Jepang mendeteksi serangan siber skala besar dan bocornya sejumlah telegram diplomatik selama periode pemerintahan Jepang di bawah Perdana Menteri Shinzo Abe.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Informasi diplomatik Jepang bocor setelah serangan siber China terhadap Kementerian Luar Negeri pada 2020, kata sumber pemerintah Jepang pada Senin (5/2/2024), mengungkap kerentanan digital negara itu. Jepang mendeteksi serangan siber skala besar dan bocornya sejumlah telegram diplomatik selama periode pemerintahan Jepang di bawah Perdana Menteri Shinzo Abe, tetapi jenis dari informasi yang bocor masih belum diketahui publik.

Tokyo dan Washington membahas tindakan balasan setelah kebocoran telegram diplomatik itu, yang merupakan dokumen yang sangat rahasia yang dipertukarkan setiap hari antara kementerian dan misi diplomatik di luar negeri, kata sumber pemerintah Jepang itu.

Baca Juga

Telegram diplomatik dikirim melalui Jaringan Pribadi Virtual Protokol Internet terenkripsi, atau IP - VPN, menurut sumber tersebut. Penggunaan jaringan semacam ini sangat penting untuk mentransfer data sensitif. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi mengatakan pada konferensi pers bahwa pemerintah Perdana Menteri Fumio Kishida belum mengonfirmasi bahwa informasi rahasia Kementerian Luar Negeri telah diakses melalui serangan siber.

"Kementerian secara rutin bekerja untuk menjaga dan memperkuat keamanan dunia maya," ujar Hayashi, mengutip Kyodo.

Jepang tertinggal di belakang negara-negara maju lainnya dalam pengembangan pertahanan keamanan sibernya. Hal itu menyebabkan kekhawatiran besar bagi negara sekutu keamanan dekatnya, Amerika Serikat. Washington telah mendesak Tokyo untuk meningkatkan kemampuan keamanan siber Jepang.

Dalam Strategi Keamanan Nasional yang diperbarui belum lama ini, Pemerintah Jepang berjanji untuk memperkenalkan "pertahanan siber aktif" untuk menghilangkan terlebih dahulu kemungkinan serangan siber serius yang dapat mengancam keamanan nasional dan infrastruktur penting.

Namun, rancangan undang-undang (RUU) untuk menerapkan pendekatan yang lebih aktif terhadap pertahanan dunia maya belum diajukan ke parlemen karena diskusi tentang masalah itu terhenti, dengan kekhawatiran bahwa langkah seperti itu dapat melanggar jaminan Konstitusi negara tentang kerahasiaan komunikasi.

Di antara kantor-kantor pemerintah lainnya yang telah mengalami serangan dunia maya, Badan Eksplorasi Antariksa Jepang kemungkinan menjadi sasaran serangan tahun lalu, tetapi tidak ada informasi sensitif tentang roket atau satelit yang diakses.

Pada Agustus 2023, Pusat Kesiapan dan Strategi Insiden Nasional untuk Keamanan Siber pemerintah mengatakan bahwa mereka menemukan bahwa alamat email dan informasi lainnya mungkin telah bocor sebagai akibat dari akses eksternal yang tidak sah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement