REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengecam retorika anti-Arab yang diterbitkan Wall Street Journal (WSJ). Surat kabar mempublikasikan artikel yang menyerang Kota Dearborn, Negara Bagian Michigan.
Pada Jumat (2/2/2024) lalu WSJ menerbitkan artikel dengan judul "Selamat Datang di Dearborn, Ibukota Jihad Amerika," yang menuduh warga termasuk pemimpin keagamaan dan politisi kota itu mendukung Hamas dan ekstremisme. Artikel itu memicu kecaman dari Walikota Dearborn, Abdullah Hammoud serta beberapa anggota parlemen dan aktivis hak asasi manusia dari Dewan Hubungan Islam-Amerika dan Komite Anti-Diskriminasi Arab-Amerika.
Pada Sabtu (3/2/2024) lalu Hammoud mengatakan ia menambah kehadiran polisi di rumah-rumah ibadah dan ruang publik lainnya. Hal ini dilakukan, setelah naiknya retorika fanatik dan Islamophobia di internet yang mengincar Kota Dearborn.
Hingga Sabtu sore tidak ada laporan kerusuhan di Dearborn, kota berpopulasi 110 ribu orang di pinggir Detroit. Biden tidak menyinggung WSJ atau penulis artikel itu. Di media sosial X Biden mengatakan salah untuk menyalahkan "sekelompok orang berdasarkan kata-kata segelintir orang."
"Hal itulah yang mengarah pada islamphobia dan kebencian anti-Arab dan tidak boleh terjadi pada warga Dearborn atau kota Amerika mana pun," kata Biden, Ahad (5/2/2024). Dearborn kota dengan persentase komunitas Arab Amerika tertinggi di Amerika. Angka sensus menunjukkan sekitar 54 persen warganya merupakan Arab-Amerika.
"Ceroboh, fanatik, Islamophobia," kata Hammoud mengenai artikel yang ditulis direktur Middle East Media Research Institute, Steven Stalinsky. Biden sendiri menghadapi kritikan dan protes dari Dearborn dan gerakan antiperang di seluruh negeri karena dukungan Washington pada operasi militer Israel di Gaza. WSJ tidak menanggapi permintaan komentar.
Stanlinsky mengatakan, ia mempertahankan opininya dalam artikel itu. Ia menambahkan video yang dikumpulkan organisasinya menunjukkan "pawai dan khotbah anti-AS dan pro-Jihad" di kota tersebut. Kapan dan dimana video tersebut diambil tidak dapat diverifikasi.
Aktivis hak asasi manusia memperingatkan meningkatnya Islamophobia dan bias anti-Palestina di AS sejak perang Israel di Gaza pecah bulan Oktober lalu. Salah satu insiden anti-Palestina paling mengejutkan adalah penembakan tiga mahasiswa keturunan Palestina di Vermont dan penikaman mematikan anak berusia 6 tahun di Illinois, pada Oktober lalu.
Beberapa anggota Kongres AS dari Partai Demokrat seperti anggota House Pramila Jayapal dan Ro Khanna, serta Senator Gary Peters dan Debbie Stabenow, mengutuk artikel opini WSJ tersebut. Jayapal menuntut permintaan maaf dari surat kabar tersebut.
Serangan Israel ke Gaza sebagai balasan atas serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu sudah menewaskan 27 ribu orang. Serangan Israel juga memaksa hampir seluruh 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi. Daerah kantong yang padat penduduknya itu juga menghadapi kelaparan.