Rabu 07 Feb 2024 00:05 WIB

Waspada, Rokok dan Vape Bisa Picu Kanker Laring

Kanker laring dikenal juga dengan istilah kanker pita suara.

Perempuan memegang lehernya (ilustrasi). Ada beberapa hal yang bisa memicu kanker laring.
Foto: www.freepik.com.
Perempuan memegang lehernya (ilustrasi). Ada beberapa hal yang bisa memicu kanker laring.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kanker tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Berbagai faktor risiko itu menerpa secara berkesinambungan dalam waktu lama hingga akhirnya memicu kanker, seperti kanker yang terjadi pada laring.

Kanker yang juga dikenal dengan sebutan kanker pita suara itu salah satunya dipicu oleh kebiasaan merokok. Jika dilakukan dalam jangka panjang, merokok dapat menyebabkan orang terkena kanker laring.

Baca Juga

"Jadi kalau dia merokok cuma satu, udah itu, apalagi lima tahun itu nggak, nggak ada masalah. Tapi kalau dia merokok banyak jumlahnya kemudian dia terus-menerus kemudian dia dalam satu ruangan yang tertutup, misalnya, dan selalu terpapar dengan rokok itu, bisa menyebabkan mutasi sel-sel," ujar dr Marlinda Adham dalam siaran mengenai "Diagnosis dan Tatalaksana Kanker Laring" di akun Instagram resmi RSCM pada Selasa (6/2/2024).

Dokter Marlinda juga menyarankan agar orang tidak memakai vape, yan. Rokok elektrik ini sering digunakan sebagai pengganti rokok lintingan.

"Saya pernah baca bahwa yang aroma rasa buah-buahan itu ternyata justru lebih berbahaya dibanding yang tidak ada aroma buah-buahan, kenapa? Mungkin dengan penambahan zat-zat kimiawi tertentu. Nah ini dia zat-zat kimiawi tertentu kita nggak tahu ya apakah aman atau tidak," ujar spesialis telinga, hidung, tenggorok sekaligus konsultan onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.

Selain rokok, lanjut dr Marlinda, faktor lain dalam kanker laring adalah konsumsi alkohol, faktor genetik, serta pola makan. Menurutnya, trauma pada pita suara, yaitu ketika pita suara sering digunakan untuk teriak-teriak, juga menjadi faktor kanker tersebut.

Dokter Marlinda menyebutkan bahwa sejumlah profesi, semisal, penceramah, pengajar, penyanyi, perlu nyaring saat bekerja, dan terkadang merasa emosional, sehingga mereka berbicara lebih keras. Ia menyebut bahwa mereka perlu mengontrol volume suaranya, mengatur kapan harus nyaring dan kapan harus lembut, guna mencegah trauma pada pita suara.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement