Selasa 06 Feb 2024 13:57 WIB

Dokter: Terapi Radiasi Dibutuhkan Sebagian Pasien Kanker

Terapi radiasi menjadi alternatif jika pasien kanker tak memungkinkan dioperasi.

Dokter melihat hasil CT scan kepala pasien (ilustrasi). Terapi radiasi menjadi alternatif jika pasien kanker tak memungkinkan dioperasi.
Foto: Dok. www.freepik.com
Dokter melihat hasil CT scan kepala pasien (ilustrasi). Terapi radiasi menjadi alternatif jika pasien kanker tak memungkinkan dioperasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis onkologi radiasi RS Cipto Mangunkusumo dr Angela Giselvania mengatakan sekitar 50-60 persen pasien kanker memerlukan terapi pengobatan dengan radiasi untuk mendukung pengobatan kanker selain bedah dan kemoterapi selama proses penyembuhannya. Terapi radiasi atau disebut radioterapi, berguna untuk membunuh benih-benih kanker yang sekiranya masih tersisa setelah pembedahan dan kemoterapi dilakukan pasien kanker agar pasien bersih dari kanker.

“Peran radiasi itu sifatnya saling membantu bersama dengan bedah dan kemoterapi, tergantung dari jenis sel kankernya dan stadiumnya, tapi sekitar 50-60 persen pasien yang kanker pasti membutuhkan radiasi dalam pengobatannya,” kata Angela dalam diskusi kesehatan yang diikuti secara daring di Jakarta, dikutip Selasa (6/2/2024).

Baca Juga

Untuk beberapa penyakit kanker seperti kanker leher rahim stadium 2B, kanker otot, atau kanker otak, terapi radiasi bisa dilakukan tanpa operasi pembedahan terlebih dahulu. Terapi radiasi juga dilakukan untuk mengurangi perdarahan pada jenis kanker tertentu dan mengurangi rasa nyeri hebat yang kerap dialami pasien kanker.

Terapi radiasi juga menjadi salah satu alternatif jika pasien kanker memang tidak memungkinkan untuk menjalani operasi pengangkatan kankernya.

“Justru biasanya pasien-pasien yang tidak memungkinkan untuk dibedah atau kondisinya tidak cukup fit untuk dibedah, radiasi salah satu alternatifnya, jadi kalau diradiasi itu pasien tidak akan merasakan sesuatu atau melihat sesuatu, radiasi kan tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jadi seperti kalau kita CT Scan,” kata Angela.

Angela mengatakan terapi radiasi juga terbilang aman, karena teknologi dan mesin yang sudah jauh lebih canggih, alat hanya akan meradiasi sel kanker yang perlu dihilangkan sehingga jaringan lain di sekitar kanker akan aman.

Namun, setiap proses pengobatan tidak menampik akan ada efek sampingnya pada tubuh. Pada terapi radiasi, Angela mengatakan ada beberapa efek samping saat menjalani proses radiasi seperti diare jika diradiasi sekitar perut dan kulit yang akan cenderung berubah warna, namun tidak sampai gosong atau terbakar dan akan pulih setelah terapi selesai.

Ia juga berharap semakin banyak rumah sakit yang menyediakan terapi radiasi, karena saat ini rumah sakit yang menyediakan terapi radiasi masih belum sebanding dengan jumlah pasien kanker di Indonesia yang cukup tinggi. Seringkali pasien harus mendaftar beberapa bulan sebelumnya untuk mendapatkan jadwal terapi radiasi karena alat yang masih terbatas.

Angela mengingatkan untuk lebih memperhatikan kesehatan agar mencegah kanker dengan menjalani pola hidup sehat. Bila terdapat benjolan atau perubahan di jaringan kulit segera berobat ke dokter untuk penanganan yang lebih dini.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement