Selasa 06 Feb 2024 14:59 WIB

Generasi Z, Jangan Memilih Pemimpin Hanya karena Cinta

Memilih pemimpin harus dengan pikiran yang rasional dan tidak mengedepankan emosional

Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) melakukan setting packing logistik pemilihan umum (Pemilu) 2024 di GOR Cempaka Putih, Jakarta, Selasa (6/2/2024). Pilihlah pemimpin dengan rasional
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) melakukan setting packing logistik pemilihan umum (Pemilu) 2024 di GOR Cempaka Putih, Jakarta, Selasa (6/2/2024). Pilihlah pemimpin dengan rasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Debat kelima Pilpres 2024 sekaligus debat pamungkas yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah berlangsung pada Ahad (4/2/2024) malam. Debat ketiga yang mempertemukan para capres tersebut mengusung tema pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, teknologi informasi, serta kesejahteraan sosial dan inklusi.

Sekarang saatnya bagi para pemilih untuk menentukan pilihannya pada 14 Februari mendatang. Tak hanya memilih presiden, tapi perlu diingat bahwa pemilihan umum ini juga memilih perwakilan kita di badan legislatif mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional, serta wakil provinsi di tingkat nasional atau Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Baca Juga

Pemilu pada tahun ini, menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU) didominasi oleh pemilih muda. KPU mencatat total pemilih dalam Pemilu 2024 mencapai 204.807.222 pemilih. Sebanyak 66.822.389 atau 33,60 persen di antaranya adalah pemilih milenial (kelahiran 1981-1996) dan 46.800.161 atau 22,85 persen adalah generasi Z  (kelahiran 1997-2012).

Badan Pusat Statistik (BPS) menggolongkan pemilih muda ini dengan pemilih milenial  dan pemilih generasi Z.  Kedua generasi tersebut dikenal dekat dengan teknologi dan juga internet. Hidup kedua generasi tersebut pun sulit lepas dari gawai dan internet.

Tak heran, Francis dan Hoefel dalam artikelnya "True Gen: Generasi Z dan implikasinya bagi perusahaan" pada 2018 menyebut generasi Z sebagai generasi pertama digital native karena sejak masa mudanya sudah terhubung dengan internet, jaringan sosial, dan sistem seluler. Generasi ini juga dikenal ini bisa memanfaatkan perkembangan teknologi.

Oleh karena itu, tak mengherankan jika  ruang-ruang digital seperti media sosial seperti X, Tiktok, Instagram, bahkan Facebook dipenuhi oleh generasi milenial dan juga generasi Z.

 Survei yang dilakukan McKinsey di 26 negara termasuk Indonesia pada 2022, menyebut generasi Z lebih sering mengakses media sosial ketimbang kelompok usia lainnya. Generasi Z atau Gen Z menghabiskan waktu lebih dari satu jam bermain media sosial.

Tentu saja, kondisi itu dipahami benar oleh politisi untuk meraup suara dari kelompok usia dominan tersebut. Maka, Pemilu 2024 berbeda dengan pemilu sebelumnya. Kampanye di ruang - ruang virtual pun lebih masif. Penggunaan teknologi kecerdasan buatan pun diperkenalkan pada pemilu kali ini. Semata untuk menggaet suara dari kelompok usia muda ini.

Hasil pemantauan dari Indonesian Corruption Watch (ICW) terkait pengeluaran iklan di platform Meta pada periode 16 November hingga 15 Desember 2023, menunjukkan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang bertarung di Pilpres 2024, telah mengeluarkan dana ratusan juta rupiah untuk iklan politik di jejaring media sosial Facebook dan Instagram.

Pasangan Anies-Muhaimin mengeluarkan....

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement