Selasa 06 Feb 2024 22:04 WIB

Rezeki Sulit Didapat Meski Sudah Ikhtiar dan Berdoa? Jangan Lupakan Ini

Allah SWT memang sudah menetapkan rezeki setiap hamba-Nya.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Rezeki Ilustrasi
Foto: republika
Rezeki Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Allah SWT memang sudah menetapkan rezeki setiap hamba-Nya. Namun pernahkan kita merasa bahwa rezeki sulit didapatkan meski sudah berikhtiar dan berdoa memohon keluasan rezeki? 

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya berjudul Menjadi Ahli Ibadah yang Kaya menjelaskan, terdapat alasan kemungkinan mengapa karunia dan rezeki Allah kepada manusia tidak sampai. Yakni hal itu disebabkan akibat manusia itu sendirilah yang menghalangi jalan kemaslahatan-kemaslahatannya. Sehingga manusia merintangi sampainya karunia tersebut.

Baca Juga

Manusia menjadi aral dan rintangan jalannya karunia kepadanya. Dan mayoritas yang terjadi adalah kemungkinan yang satu ini menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, sebab Allah SWT telah menetapkan apa yang ada di sisi-Nya tidak bisa diraih kecuali dengan ketaatan manusia kepada-Nya.

Begitu juga ketika Allah memberikan nikmat kepada manusia dan menariknya kembali, maka sesungguhnya Allah tidak menarik nikmat itu karena kebakhilan atau untuk memonopoli nikmat tersebut bagi diriNya. Allah menarik rezeki, nikmat, dan karunia itu diakibatkan oleh perlakuan manusia itu sendiri.

Allah SWT berfirman dalam Alquran Surat Asy-Syura ayat 30:

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ

"Wa mā aṣābakum mim muṣībatin fabimā kasabat aidīkum wa ya‘fū ‘an kaṡīr(in)."

Yang artinya, "Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu)."

Dalam tafsir Kementerian Agama dijelaskan, dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa apa yang menimpa manusia di dunia berupa bencana penyakit dan lain-lainnya adalah akibat perbuatan mereka sendiri, perbuatan maksiat yang telah dilakukannya dan dosa yang telah dikerjakannya. 

Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: 

قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ الله عَنْهُ: أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلِ ﺁيَةٍ فِيْ كِتَابِ اللّٰهِ تَعَالَى حَدَّثَنَا بِهَا رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: »مَا اَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍḍ وَسَأُفَسِّرُهَا لَكَ يَاعَلِيُّ »مَاأَصَابَكُمْḍ مِنْ مَرَضٍ أَوْ عُقُوْبَةٍ أَوْبَلَاءٍ فِي الدُّنْيَا (فَبِمَاكَسَبَتْ أَيْدِيْكُمْ) 

Yang artinya, "Ali berkata, “Maukah kalian aku beritahukan mengenai ayat yang sangat utama dalam Al-Qur’an sebagaimana Nabi saw sampaikan kepada kami.(Nabi saw membacakan firman Allah)”Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak(dari kesalahan-kesalahanmu).” Wahai Ali, aku akan menjelaskan ayat ini kepadamu, “Musibah apa pun yang menimpa kamu” yaitu dari penyakit dan siksaan atau bencana di dunia, “disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (HR Ahmad) 

Pada hadis lain dinyatakan: 

 مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَاهَمٍّ وَلَاحُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللّٰهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ 

Yang artinya, "Tidaklah suatu keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, kezaliman, kesempitan, bahkan sepotong duri pun yang menusuk seorang Muslim, melainkan dengan hal itu Allah menghapus dosa-dosanya." (HR Bukhari). 

Datangnya penyakit atau musibah (rezeki yang tersendat) disebabkan ulah manusia itu sendiri. Tetapi di sisi lain penyakit atau musibah itu dapat menghapus dosa seperti hadits di atas. Hal itu tergantung kepada cara manusia menyikapi, apakah dengan bersabar atau berputus asa.

Ayat ini ditutup dengan satu ketegasan bahwa Allah mengampuni sebagian besar dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat hamba-Nya sebagai suatu rahmat besar yang dikaruniakan Allah kepada hamba-Nya, karena kalau tidak, niscaya manusia akan dihancurkan sesuai dengan timbunan dosa yang telah mereka perbuat, sebagaimana firman Allah: 

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّٰهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَاۤبَّةٍ وَّلٰكِنْ يُّؤَخِّرُهُمْ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى 

Yang artinya, "Dan kalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan."

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement