REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kelompok Hamas telah memberikan respons atas proposal gencatan senjata di Jalur Gaza yang disusun Qatar, Mesir, Israel, dan Amerika Serikat (AS). Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani menyebut, tanggapan Hamas atas proposal tersebut positif.
“Kami telah menerima balasan dari Hamas sehubungan dengan kerangka umum perjanjian mengenai (pembebasan-red) sandera. Balasannya mencakup beberapa komentar, tetapi secara umum positif,” kata Sheikh Mohammed, Selasa (6/2/2024), dikutip laman Al Arabiya.
Pernyataan Sheikh Mohammed mengisyaratkan, Hamas belum sepenuhnya menyetujui proposal tersebut. Pekan lalu, Qatar mengklaim Hamas sudah memberikan respons awal positif soal kerangka kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
“Usulan itu telah disetujui oleh pihak Israel dan sekarang kami mendapat konfirmasi awal yang positif dari pihak Hamas,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Qatar Majed al-Ansari kepada audiensi di sebuah sekolah pascasarjana yang berbasis di Washington, AS, Kamis (1/2/2024).
Kendati demikian, Ansari mengakui masih ada jalan sulit yang harus dilewati para pihak. “Kami optimistis karena kedua belah pihak kini menyetujui premis yang akan mengarah pada jeda pertempuran berikutnya. Kami berharap dalam beberapa pekan ke depan, kami dapat menyampaikan kabar baik mengenai hal tersebut,” ujarnya.
Merespons pernyataan al-Ansari, seorang sumber Hamas membantah bahwa kelompok tersebut telah menyepakati proposal gencatan senjata yang disusun Israel, Qatar, Mesir, dan AS. “Belum ada kesepakatan mengenai kerangka perjanjian tersebut, dan pernyataan Qatar tersebut terburu-buru dan tidak benar,” katanya.
Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) William Burns dan Direktur Badan Intelijen Israel (Mossad) telah mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di Paris, Prancis, 28 Januari 2024 lalu. Kepala Badan Intelijen Umum Mesir Abbas Kamel turut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
Mereka membahas tentang potensi penerapan gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan tahanan Palestina. Sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Qatar, Mesir, dan AS telah menjadi mediator dalam negosiasi Israel dengan Hamas.
Sheikh Mohammed mengungkapkan, pembicaraan di Paris berlangsung positif. Dia menyebut, kerangka yang mengarah pada gencatan senjata permanen di Gaza sudah disusun. “Para pihak berharap untuk menyampaikan proposal ini kepada Hamas dan membawa mereka ke tempat di mana mereka terlibat secara positif serta konstruktif dalam proses,” katanya.
Sheikh Mohammed menjelaskan, dalam kerangka yang sudah disusun, tercakup gencatan senjata dan pembebasan para sandera yang terdiri perempuan serta anak-anak. Hal itu kemudian diikuti dengan masuknya konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza. Sheikh Mohammed optimistis, kerangka tersebut akan mengarah pada gencatan senjata permanen.
Pada 24 November hingga 1 Desember 2023, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Kesepakatan itu tercapai berkat peran mediasi Qatar, Mesir, dan AS. Selama periode gencatan senjata, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera.
Hamas membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri dari 81 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 240 tahanan Palestina.
Pada 9 Desember 2023 lalu, Israel mengatakan Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Hamas sempat menyampaikan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan sejumlah sandera akibat agresi tanpa henti Israel ke Gaza. Hamas memperkirakan beberapa sandera telah terbunuh serangan Israel.