Kamis 08 Feb 2024 08:06 WIB

Menko PMK Muhadjir Effendy Dukung Pilpres 2024 Hanya Satu Putaran

Kata ketua PP Muhammadiyah ini, jika pilpres dua putaran, intensitas konflik tinggi.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof Muhadjir Effendy.
Foto: Republika/Prayogi
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof Muhadjir Effendy mendukung  Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 digelar hanya satu putaran. Menurut dia, ada banyak risiko beserta dampak lanjutannya apabila pilpres digelar sebanyak dua putaran.

 

Baca Juga

 

"Kenapa (saya mendukung satu putaran)? Pertama, saya amati atau saya dengar semua kontestan melalui tim pemenangnya itu semua yakin bahwa bisa menang satu putaran," ucap Muhadjir di Media Center Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Rabu (7/2/2024).

 

 

Melihat ketiga tim sukses percara diri menang satu putaran, Muhadjir menilai tak ada salahnya turut mendukung hal itu terwujud. Terlebih, dia mempertimbangkan sejumlah hal dalam menyatakan dukungan itu.

Ada sejumlah risiko yang harus dilihat jika pilpres digelar sebanyak dua putaran, yakni risiko fiskal, investasi, sosial, dan ekonomi makro. Dari sisi fiskal, dia menjelaskan, untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) saja pemerintah harus menyediakan anggaran sekitar Rp 17,3 triliun apabila pilpres digelar dua putaran.

Untuk keamanan pun akan sangat tergantung dari kondisi ke depan. Menurut Muhadjir, semakin tidak aman akan semakin tinggi pula biaya yang dibutuhkan. "Perkiraan kita bisa sampai Rp 40 triliun total untuk jadi keamanan dan lain-lain itu ditambah tadi biaya untuk KPU itu. Itu dari sisi keuangan," ujar Muhadjir.

 

 

Terkait risiko sosial, menurut Muhadjir, jika pilpres dua putaran maka intensitas konflik akan lebih tinggi apabila dibandingkan satu putaran. Dia menyatakan, stabilitas keamanan sejauh ini patut disyukuri karena relatif jauh lebih baik jika dibandingkan dengan Pilpres 2019.

Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah tersebut belum melihat adanya kasus yang mengkhawatirkan saat ini. "Jadi kalau dianggap bahwa sudah dalam masa gawat itu menurut saya kalau dibanding 2019, saya kira teman-teman juga ada datanya bagaimana 2019 kemarin konflik antarpendukung itu sangat keras dibanding sekarang ini," jelas Muhadjir.

 

 

Dia menambahkan, jika tensi meningkat, dampaknya akan terasa di sisi investasi. Ketika investasi terdampak, kata Muhadjir, akan ada efek lanjutan yang diakibatkan dari hal tersebut. Mulai dari munculnya kemiskinan, penangguran, dan lainnya yang menyangkut kehidupan masyarakat luas. 

 

 

"Saya kira itu kenapa saya kemarin melontarkan (dukungan satu putaran) dan saya tahu itu banyak yang mengomentari di medsos. Saya baca, padahal kalau yang tim pemenang yang ngomong malah dianggap enggak apa-apa, tapi begitu mereka sudah ngomong semua saya ngomong dianggap salah," kata Muhadjir.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement