Kamis 08 Feb 2024 14:51 WIB

Januari 2024 Catat Rekor Sebagai Januari Terpanas Sepanjang Sejarah

Delapan bulan terakhir merupakan bulan-bulan terpanas dalam catatan sejarah.

Rep: Lintar Satria/ Red: Ani Nursalikah
Seorang wanita menutupi wajahnya dengan buku di tengah hari yang panas di Kuala Lumpur, Malaysia, (27/4/2023). Malaysia diperkirakan akan mengalami cuaca panas berkepanjangan hingga Agustus, menyusul musim peralihan monsun, menurut pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Nik Ahmad.
Foto: EPA-EFE/FAZRY ISMAIL
Seorang wanita menutupi wajahnya dengan buku di tengah hari yang panas di Kuala Lumpur, Malaysia, (27/4/2023). Malaysia diperkirakan akan mengalami cuaca panas berkepanjangan hingga Agustus, menyusul musim peralihan monsun, menurut pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Nik Ahmad.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Ilmuwan mengatakan bulan lalu merupakan Januari paling panas yang pernah tercatat. Rekor ini tembus setelah 2023 ditetapkan sebagai tahun terpanas sejak pencatatan dilakukan.

Rekor ini artinya suhu udara bumi selama satu tahun terakhir 1,52 derajat Celsius lebih panas dibandingkan rata-rata masa pra industri dari 1850 sampai 1900. Lebih dari 190 negara menandatangani Kesepakatan Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat Celsius dibanding masa pra-industri pada akhir abad ini.

Baca Juga

Negara-negara itu juga sepakat mengejar upaya menjaga suhu udara tetap berada di angka 1,5 derajat Celsius lebih panas dibandingkan masa pra-industri. Angka itu dianggap titik aman sebab di atas itu semakin sulit dampak pemanasan global dapat diadaptasi.

"Awal 2024 kembali memecah rekor," kata Badan Perubahan Iklim Copernicus dari Uni Eropa (CCCS) Samantha Burgess seperti dikutip dari Sky News, Kamis (8/2/2024).

"Tidak hanya menjadi Januari yang terpanas sejak pencatatan dimulai, kita juga mengalami 12 bulan suhu di atas 1,5 derajat lebih panas dibandingkan masa pra-industri. Satu-satunya cara menghentikan kenaikan suhu udara dunia adalah mempercepat pengurangan emisi gas rumah kaca," tambahnya.  

Menurut CCCS suhu rata-rata permukaan air laut bulan lalu 0,7 derajat Celsius lebih panas dibandingkan rata-rata suhu udara bulan Januari periode 1991 sampai 2020 dan 1,66 derajat Celsius lebih hangat dari rata-rata periode 1850 sampai 1900.

Rata-rata suhu udara bulan Januari tahun ini juga 0,12 derajat Celsius lebih panas dari bulan Januari terpanas sebelumnya pada 2020. Artinya delapan bulan terakhir merupakan bulan-bulan terpanas dalam catatan sejarah.

Copernicus mengatakan angka ini didorong naiknya rata-rata suhu udara di timur Kanada, bagian barat laut Afrika, Timur Tengah dan Asia tengah. Namun suhu udara di bagian barat Kanada, bagian tengah Amerika Serikat dan sebagian timur Siberia berada di bawah rata-rata.

Sementara suhu udara Januari 2024 di Eropa bervariasi. Suhu udara di negara-negara Nordik jauh dibawah rata-rata 1991-2020, namun di bagian selatan Eropa jauh di atas rata-rata.

Negara-negara Nordik mengalami suhu udara terdingin dalam beberapa dekade terakhir. Kota Kvikkjokk, Swedia mencatat suhu udara terdingin pada 3 Januari lalu dengan suhu udara -43,6 derajat Celsius, suhu udara bulan Januari terdingin di Swedia dalam 25 tahun terakhir.

Tahun lalu terjadi masa transisi pola cuaca El Nino, ketika panas di Laut Pasifik naik ke atmosfer. Copernicus melaporkan El Nino di ekuator Pasifik mulai melemah, tapi suhu udara laut secara keseluruhan masih tinggi.

Sementara itu, luas es laut Arktik yang menjadi indikator konsentrasi es laut mendekati rata-rata, dan tertinggi untuk bulan Januari sejak 2009. Sedangkan luas es laut Antartika bulan lalu 18 persen di bawah rata-rata.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement