Kamis 08 Feb 2024 18:52 WIB

Asosiasi Tani KTNA Yakin Indonesia Bakal Surplus Beras

Produksi gabah kering giling (GKG) diperkirakan mencapai 10,1 juta ton.

Red: Lida Puspaningtyas
Petani membawa hasil panen padi di persawahan kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/12/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak 2013 terus mengalami penurunan. Dari 31 juta petani pada 2013 hingga saat ini 29,3 juta petani, bahkan kondisinya didominasi oleh petani usia tua.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani membawa hasil panen padi di persawahan kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/12/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah petani Indonesia sejak 2013 terus mengalami penurunan. Dari 31 juta petani pada 2013 hingga saat ini 29,3 juta petani, bahkan kondisinya didominasi oleh petani usia tua.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menyakini Indonesia bakal surplus beras menyusul laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang memperkirakan akan ada lonjakan produksi beras pada Maret mendatang.

Ketua KTNA Nasional, Yadi Sofyan Noor, mengaku yakin apabila kenaikan produksi gabah dikonversi menjadi beras maka hasilnya secara otomatis akan surplus.

Baca Juga

Menurut dia, lonjakan tersebut tak lepas dari kolaborasi semua pihak, terutama pemerintah yang memberikan berbagai bantuan dan pendampingan di seluruh daerah secara masif.

"Karena itu saya yakin panen tahun ini akan melimpah dan surplus beras mulai akan terlihat pada bulan Maret," ujar Yadi, dikutip dari siaran pers Kementerian Pertanian pada Kamis (8/2/2024).

Yadi menambahkan salah satu yang memengaruhi kenaikan produksi gabah tersebut juga dapat dilihat dari pergeseran pola tanam dari yang tadinya tradisional menjadi pertanian modern, yang ditandai dengan penggunaan mekanisasi yang gencar sebagai pemacu tingginya produksi.

"Selain itu, pemerintah juga gencar membagikan bantuan benih unggul dan penyediaan pupuk yang cukup. Kami yakin produksi di bulan berikutnya juga akan mengalami kenaikan," ujarnya.

BPS memperkirakan surplus beras pada Maret 2024 akan mencapai 970 ribu ton. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni 2,59 juta ton.

BPS pada Senin memaparkan hasil kerangka sampel area (KPA) luas panen dan produksi padi. Pada Januari—Maret 2024, produksi gabah kering giling (GKG) diperkirakan mencapai 10,1 juta ton.

Produksi GKG pada Januari dan Februari 2024 masih rendah, masing-masing mencapai 1,58 juta ton dan 2,42 juta ton. Sedangkan produksi GKG pada Maret 2024 diperkirakan naik menjadi 6,1 juta ton.

Meskipun BPS memprediksi lonjakan produksi, terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi realisasi di lapangan, seperti cuaca. Sejumlah daerah yang mengalami curah hujan tinggi berpotensi banjir, sedangkan daerah-daerah yang curah hujan rendah menyebabkan banyak sawah belum dapat ditanami.

Harga rata-rata beras nasional masih tinggi. Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional mencatat, per 1 Februari 2024, harga rata-rata beras medium nasional adalah Rp 13.690 per kg. Harga tersebut cenderung naik sejak awal tahun yang harganya berkisar Rp 13.200 per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement