Jumat 09 Feb 2024 11:39 WIB

Pakistan Tutup Pemungutan Suara, Hasil Awal Diperkirakan Segera Muncul

Mantan PM Nawaz Sharif dari partai PML-N adalah kandidat terkuat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Petugas pemungutan suara menghitung surat suara di TPS saat pemilihan umum berakhir, di Peshawar, Pakistan, (8/2/2024).
Foto: EPA-EFE/ARSHAD ARBAB
Petugas pemungutan suara menghitung surat suara di TPS saat pemilihan umum berakhir, di Peshawar, Pakistan, (8/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Komisi Pemilihan Umum Pakistan (ECP) mendeklarasikan berakhirnya pemilihan umum ke-12 yang diwarnai tuduhan kecurangan, penangguhan layanan jaringan telekomunikasi dan ledakan bom yang menewaskan sembilan orang. ECP mengatakan proses penghitungan suara dilakukan setelah tempat pemungutan suara ditutup pada Kamis (8/2/2024) pagi.

Hasil pemilihan diperkirakan akan mulai terlihat pada Kamis tengah malam. Mantan perdana menteri Nawaz Sharif dari partai Pakistan Muslim League-Nawaz (PML-N) dianggap sebagai kandidat terkuat.

Baca Juga

Usai memberikan suara Nawaz mengatakan, ia tidak pernah memiliki masalah dengan militer, salah satu pihak paling berpengaruh di Pakistan. Nawaz yang pernah menjabat tiga kali sebagai perdana menteri memiliki perbedaan pendapat dengan militer di masa lalu.

Jalannya kembali ke tampuk kekuasaan terbuka setelah saingan terberatnya, mantan perdana menteri Imran Khan dilarang mengikuti pemilu usai didakwa kasus korupsi. Saat ini Khan sedang dipenjara menjalani hukuman berbagai dakwaan. Tapi, ia mengajak pendukungnya memastikan hasil pemilihan keluar di hari tempat pemungutan suara ditutup.

ECP mencabut simbol partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI). Tapi mereka berhasil mengajukan kandidat independen untuk mengkoordinasikan kampanye.

Sebelumnya mantan menteri luar negeri Bilawal Bhutto Zardari dari partai Pakistan Peoples Party (PPP) memberikan hak suaranya di Provinsi Sindh, salah satu lumbung suara PPP. Partai itu berharap mendapat kejutan dan melampaui prediksi.

Sebelum pemungutan suara digelar pemerintah Pakistan mengumumkan akan menangguhkan layanan telekomunikasi telepon genggam di seluruh negeri atas alasan keamanan. Sebelum hari pemungutan suara terjadi beberapa ledakan yang menewaskan sedikitnya sembilan orang di Provinsi Khyber Pakhtunkhwa dan selatan Provinsi Balochistan.

Ledakan-ledakan itu menyusul dua ledakan bom di kantor kampanye dua kandidat di Balochistan yang menewaskan 27 orang. Setelah pemungutan suara ditutup Pelaksana Tugas Perdana Menteri Anwaar-ul-Haq Kakar mengatakan pemilihan ini merupakan peristiwa penting.

Dalam pernyataannya Kakar juga memuji antusiasme rakyat Pakistan dan mengapresiasi mereka yang berpartisipasi dalam proses pemungutan suara. "Tingginya angka partisipasi pemilih menunjukkan dengan jelas komitmen masyarakat untuk membentuk masa depan negara kami," katanya.

Namun laporan-laporan dari seluruh negeri menunjukkan angka partisipasi mereda pada siang hari. Angka partisipasi pemilih Pakistan selalu rendah. Sejak 1985, hanya dua kali jumlah pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu melebihi 50 persen, yaitu pada 2013 (54 persen) dan 2018 (51 persen).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement