REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Rajab akan sagera berakhir dan digantikan oleh bulan Sya’ban. Selanjutnya, Ramadhan pun akan tiba dan menjumpai umat-umat yang merindukannya. Sungguh beruntung mereka yang mampu mengisi bulan-bulan mulia ini dengan amalan-amalan shaleh dan meningkatkan ibadah-ibadah mereka.
Dikutip dari buku Amalan Ringan Berpahala Istimewa Seputar Puasa, Sedekah, Dan Haji oleh Abdillah F. Hasan, bulan Sya'ban adalah bulan ke-8 dalam sistem kalender Islam. Bulan Sya'ban berasal dari kata Sya'aba yang berarti merekah karena ia berada di antara dua bulan yang mulia, yakni berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan.
BACA JUGA: Bolehkah tidak Sholat Jumat karena Hujan Lebat?
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amat suka saat amalanku dinaikkan saat aku dalam kondisi berpuasa.” (HR. Al Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Di bulan ini, Rasulullah saw melakukan puasa sunnah terbanyak dibanding bulan-bulan lain (selain Ramadhan). Mengapa puasa di bulan Sya'ban menjadi perhatian penting? Dari segi jasmani, dengan memperbanyak puasa di bulan Sya'ban seorang Muslim akan semakin siap dalam menghadapi puasa Ramadhan selama sebulan penuh.
Menurut Ibnu Rajab, kedudukan puasa Sya'ban di antara puasa yang lain sama dengan kedudukan sholat sunah rawatib terhadap sholat fardu sebelum dan sesudahnya, yakni sebagai penyempurna kekurangan pada yang wajib.
Keutamaan puasa bulan Sya'ban...