Jumat 09 Feb 2024 12:53 WIB

Partisipasi Pemilih Pakistan Diperkirakan Kembali Rendah

Angka partisipasi perempuan di Provinsi Balochistan masih paling rendah

Rep: Lintar Satria/ Red: Setyanavidita livicansera
Pemilih mengacungkan jempolnya setelah memberikan suara di tempat pemungutan suara pada pemilihan umum di Karachi, Pakistan, (8/2/2024)
Foto: EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
Pemilih mengacungkan jempolnya setelah memberikan suara di tempat pemungutan suara pada pemilihan umum di Karachi, Pakistan, (8/2/2024)

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Partisipasi pemilih dalam pemilihan umum Pakistan diperkirakan kembali rendah. Angka partisipasi pemilih Pakistan selalu rendah. Berdasarkan catatan sejarah sejak tahun 1985, hanya dua kali jumlah pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu melebihi 50 persen, yaitu pada 2013 (54 persen) dan 2018 (51 persen).

Dari 128 juta daftar pemilihan tahun ini sekitar 45 persen di antaranya berusia antara 18 sampai 35 tahun. Berdasarkan catatan statistik pemilihan umum dari 1997 sampai setelahnya partisipasi pemilih kelompok usia 18 sampai 30 tahun tidak pernah lebih dari 40 persen, paling tinggi 37 persen dalam pemilu 2018.

Baca Juga

Ketika pemungutan dimulai pada Pakistan pagi semua mata tertuju pada pendukung partai mantan Perdana Menteri Imran Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI). Terutama karena pemerintah memberi tindakan keras pada partai itu sejak bulan Mei dan Khan yang kini dipenjara atas dakwaan kasus korupsi meminta pendukungnya merespon hal itu lewat suara mereka.

Namun dikutip dari Aljazirah yang mengunjungi lebih dari satu lusin tempat pemungutan suara, sebagian besar tempat pemungutan suara di daerah kelas pekerja dan penghasilan rendah Lahore sepi. Salah satu tempat pemungutan suara di area Gerbang Mochi memiliki 1.400 daftar pemilih tapi hanya 250 yang datang.

"Saya pernah mengikuti tugas pemilu sebelumnya, dan tidak pernah begitu suram," kata anggota Komisi Pemilihan Umum Pakistan (ECP) Mohammed Ashfaq seperti dikutip dari Aljazirah, Jumat (9/2/2024).

Terdapat beberapa keluhan di Kota Karachi, pemilihan menuduh petugas tempat pemungutan suara tidak ada di tempat dan banyak pemungutan suara tidak dimulai tepat waktu. Paling lambat baru dimulai pukul 15.00 waktu setempat.

"Ini percobaan ketiga saya memilih hari ini, saya datang pagi, tidak ada siapa pun, semua ruangan kosong, saya datang lagi sore harinya dan ruangan masih kosong dan tempat pemungutan suara belum diatur, warga bolak-balik untuk mencari tahu ke ruangan mana mereka harus datangi, ini mimpi buruk," kata salah satu pemilih Elhaam Shaikh.

Meski ECP melarang exit poll tapi beberapa pemilih yang dihubungi Aljazirah terpecah antara PTI yang dipimpin Khan dan partai mantan perdana menteri Nawaz Sharif, Pakistan Muslim League-Nawaz (PML-N). Salah satu pemilih di Lahore, Ayesha Siddiqua mengatakan ia penggemar lama Khan dan akan memilihnya terlepas apa yang ditawarkan partai lainnya.

"Saya sudah lama mengikutinya sejak masa kriketnya dan kemudian ia membangun rumah sakit," katanya di Lahore. "Bagi saya tidak ada salahnya," tambah guru itu.

Khan mendirikan rumah sakit kanker di Lahore pada tahun 1994 dengan nama ibunya yang meninggal akibat kanker pada 1985. Pemilih lain, Khalid Taimur mengatakan ia memberikan suara pada PML-N.

"Nawaz Sharif memberi kami jalan, bus, kereta, ia memberi kami proyek-proyek infrastruktur yang membantu kehidupan rakyat biasa, warisannya pekerjaannya, yang dapat terlihat sendirinya," kata pria 52 tahun itu.

Angka partisipasi perempuan di Provinsi Balochistan masih paling rendah dibandingkan wilayah lain di seluruh Pakistan. Tradisi suku di provinsi itu menjadi penghalang bagi perempuan bergerak di ruang publik.

ECP mengatakan bila total angka partisipasi pemilih perempuan di suatu konstituen di bawah 10 persen dari total suara, maka kemungkinan akan ada pemungutan suara ulang di daerah itu.

"Jika jumlah pemilih perempuan di suatu daerah pemilihan masih di bawah 10 persen dari total suara yang masuk, Komisi Pemilihan Umum Pakistan, sesuai dengan undang-undang, dapat membatalkan pemungutan suara di daerah pemilihan tersebut dan memerintahkan pemungutan suara ulang," kata ECP di media sosial X.

Muteeba Naz, 21 tahun, datang untuk memberikan suara pertamanya di Quetta, ibu kota Balochistan. "Prioritas pemerintah berikutnya haruslah inflasi dan terorisme karena kemarin, lebih dari dua lusin orang terbunuh di Balochistan," katanya.

Dengan negara yang sedang menghadapi krisis ekonomi dan juga situasi keamanan yang tidak stabil dengan lebih dari 1.000 orang tewas tahun lalu dalam berbagai serangan, banyak rakyat Pakistan yang berharap pemilu ini akan menghasilkan pemerintahan yang mampu membawa stabilitas bagi negara berpenduduk 241 juta orang ini.

Namun, pengamat memperingatkan pemerintah berikutnya mungkin akan kesulitan untuk mendapatkan legitimasi karena serangan langsung ke Khan. Mereka menambahkan tanpa kepercayaan dari rakyat Pakistan, perdana menteri berikutnya mungkin akan kesulitan untuk mengambil langkah-langkah untuk membantu negara ini melawan berbagai tantangannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement