REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendistribusikan bantuan pangan ke wilayah-wilayah terdampak bencana banjir di Kabupaten Demak, termasuk mendirikan dapur umum.
Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Jateng Didik Prawata, di Semarang, Jumat, mengatakan dapur umum telah didirikan di berbagai titik untuk membantu korban banjir.
Bukan hanya Dinsos Jateng, kata dia, berbagai pihak terkait seperti Dinsos Kabupaten Demak, Dinsos Kabupaten Kudus, Palang Merah Indonesia (PMI) Demak juga sudah membuat dapur umum.
Lokasi dapur umum antara lain terletak di Terminal Kudus, Jembatan Tanggul Angin.
"Kami juga melibatkan Tagana (taruna siaga bencana), baik yang ada di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, maupun di Kabupaten Kudus," katanya.
Untuk bantuan yang telah didistribusikan mulai dari makanan siap saji, sembako, kasur, tenda gulung, "family kit", selimut, pakaian dewasa, dan pakaian anak.
Bantuan itu berasal dari Dinas Sosial Jateng, Baznas Provinsi Jateng, Korpri Jateng, dan Kementerian Sosial.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Demak, banjir yang terjadi sejak Kamis (8/2) melanda 39 desa di tujuh kecamatan, meliputi Karanganyar, Gajah, Dempet, Kebonagung, Karangawen, Karangtengah, dan Wonosalam.
Total jumlah warga korban banjir Demak yang mengungsi tercatat sebanyak 8.170 orang, sedangkan lahan yang terdampak banjir kurang lebih 951 hektare.
Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana mengingatkan bahwa bencana banjir di sejumlah daerah perlu jadi perhatian bersama sehingga masyarakat, pemerintah daerah, petugas tanggap bencana, dan lainnya harus tetap waspada dan siap siaga.
"Ada bencana banjir di Grobogan, lalu di Demak, karena hujan dengan intensitas tinggi sehingga terjadi luapan air sungai dan tanggul jebol. Ini harus menjadi atensi kita bersama," kata Nana.
Ia meminta seluruh bupati dan wali kota memetakan lokasi rawan bencana, baik bencana banjir, tanah longsor, atau bencana lain yang berpotensi merugikan kegiatan masyarakat.
"Antisipasi betul, pantau terus kondisi daerah dan informasi BMKG. Lebih baik mengantisipasi sejak awal," jelasnya.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BMKG Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, beberapa wilayah Jateng berpotensi mengalami cuaca ekstrem pada 9-11 Februari 2024, yakni hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang.
Kondisi tersebut disebabkan oleh aktivitas Monsun Asia disertai adanya potensi seruakan dingin dan aktifnya gelombang atmosfer Rossby Ekuator.
Aktivitas itu membuat peningkatan masa udara basah di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator, termasuk wilayah Jateng.