REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG – Afrika Selatan (Afsel) jadi buah bibir belakangan karena aksi berani negara itu menggugat Israel ke Mahkamah Konstitusi dengan tudingan genosida. Dari segi diplomasi, upaya Afsel itu diujungtombaki Menteri Luar Negeri Grace Naledi Mandisa Pandor yang ternyata seorang mualaf dan memiliki putra hafiz Alquran.
Dilansir media Afsel the Sunday Times, Naledi masuk Islam sebelum menikah dengan suaminya Sharif Pandor pada 1982. Oleh keluarga mertuanya, ia diberi nama Muslimah, Nadia.
“Saya berasal dari keluarga Kristen yang sangat kuat dan berdiskusi dengan keluarga saya tentang fakta bahwa saya akan menikah dengan pria dari keluarga Muslim. Saya kira, orang tua saya mengerti sepenuhnya. Anggota keluarga saya yang lain tidak," tuturnya pada the Sunday Times pada 2019 lalu.
“Saya pikir nilai-nilai dalam agama Kristen dan Islam sangat erat kaitannya tetapi ada aspek-aspek yang ditekankan dalam Islam dan selaras dengan saya, seperti aspek halal dan haram.”
Ia dan suaminya kemudian dikaruniai empat irang anak. Putra pertamanya, Fazlur, ketika itu sibuk bertani. Anak keduanya, Aisha, tengah mengejar doktorat genetika. Anak ketiganya Suraya adalah seorang jurnalis sekaligus koki.
Yang mungkin tidak diketahui bahkan oleh banyak warga Afrika Selatan adalah bahwa putra bungsunya, Haroon, adalah seorang hafiz, gelar yang diberikan kepada Muslim yang menghafal sepenuhnya Alquran.
Naledi Pandor lahir di Jalan Beatrice di Durban, daerah dinamis tempat komunitas Afrika, kulit berwarna, dan India hidup berdampingan secara harmonis. Dia berbicara dengan penuh kasih tentang neneknya, yang juga tinggal di Durban, namun kemudian menjadi korban kebijakan apartheid Group Areas Act.
Dari pengalaman itulah pembelaannya terhadap rakyat dimulai. Ia saat ini dikenal sebagai salah satu menteri di Afrika Selatan yang paling dekat dengan rakyat dan bebas skandal. “Karena banyak orang di sini, media juga di sini, biar saya tegaskan: Saya tak punya ambisi menjadi presiden. Saya adalah pelayan publik, dan tugasnya melayani masyarakat,” kata di di Masjid al-Quds di Cape Town, Afrika Selatan, 4 Februari lalu.
Dalam pidato itu, ia juga mengutip dua hadits ternama. “Siapa yang berjalan bersama orang zalim untuk menguatkan orang zalim itu, ia tahu bahwa orang itu zalim maka sungguh ia telah keluar dari Islam,” kata Naledi mengutip hadits Rasulullah SAW.
Ia kemudian melanjutkan hadits kedua. “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.’ Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim?
Beliau menjawab, ‘Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya’.”