REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menilai suara moral dari beberapa kampus terkait demokrasi Indonesia sebagai kepedulian dari civitas akademika terhadap masa depan bangsa. Menurut Mu'ti sebaiknya suara dari mereka tidak dicurigai menjalankan agenda negatif seperti menggulingkan pemerintahan.
Mu'ti memperkirakan akan sangat jauh bahwa akan ada penggulingan pemerintahan setelah munculnya seruan moral dari berbagai kampus di Indonesia. Ia melihat itu sebagai kepedulian civitas akademika terhadap masa depan bangsa.
"Harapan besar mereka agar Pemilu ini berlangsung jujur, adil dan menghasilkan pemimpin nasional yang terbaik," ujar Mu'ti di Hotel Century, Senayan, Jakarta, Jumat (9/2/2024).
Ia menambahkan para penyelenggara negara agar memperdulikan seruan moral dari kampus. Jika mereka tidak hiraukan, Mu'ti khawatir akan memunculkan situasi yang merugikan negara. Menurut Mu'ti suara yang datang dari kampus tidak perlu merespon terlalu reaktif selama tetap dalam koridor serua moral yang disampaikan.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menambahkan bahwa seruan moral dari berbagai kampus perlu diperhatikan. Namun ia meyakini sejauh ini proses Pemilu berjalan cukup baik.
Menurutnya untuk menciptakan Pemilu yang jujur dan adil memang diperlukan kontrol masyarakat. Kendati demikian ia juga meminta agar menerima apapun hasilnya dari proses Pemilu yang sudah dilalui. Jika dinilai terjadi pelanggaran maka sebaiknya menggugatnya sesuai aturan yang sudah ditentukan.
"Mari sama-sama memastikan, mengawasi supaya berjalan dengan baik. Hasilnya kita terima," kata Gus Ipul.
Sejumlah kelompok civitas akademika dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia mengeluarkan pernyataan tentang kondisi demokrasi Indonesia pada Pemilu 2024. Mereka menilai demokrasi Indonesia sedang tidak baik-baik saja.