REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, untuk beberapa daerah tertentu, penyaluran paket bantuan pangan beras harus disalurkan secara sekaligus atau dirapel. Hal ini perlu dilakukan dengan alasan pertimbangan situasi dan kondisi serta tantangan geografis di beberapa wilayah Indonesia.
“Kemudian ada beberapa lokasi bantuan pangan yang dirapel, ini saya jelaskan kenapa demikian. Di rapel itu misalnya terhadap daerah rentan konflik dan sulit dijangkau, misalnya di Papua tengah. Demi efisiensi, kita harus gabungkan pengirimannya, toh beras pun masih bisa bertahan antara 4 sampai 6 bulan,” kata Arief dikutip dari siaran pers, Sabtu (10/2/202024).
Karena itu, kata Arief, dalam kondisi tertentu, penyaluran berasnya harus sekaligus untuk alasan efisiensi.
"Itu terkadang dijadikan satu, misalnya dari Timika. Itu dinaikkan pakai pesawat kecil, pakai karavan, kemudian terbang itu sekaligus. Kalau tidak begitu, akan sangat tidak efisien. Kita maklumi ada beberapa hal di lapangan punya tingkat kesulitan yang tinggi, tapi masyarakat disana juga harus kita berikan," katanya.
Karena itu, dia menegaskan penyaluran bantuan pangan sekaligus bukan alasan politis menjelang Pemilu. “Jadi bukan karena misalnya ada Pemilu dibagi semuanya, tiga kali lipat begitu, tidak demikian. Kita mesti objektif memandangnya," ujarnya.
Sementara saat ini penyaluran bantuan pangan beras ditunda sementara untuk memastikan kondusifitas Pemilihan Umum (Pemilu) yang sebentar lagi akan digelar pada 14 Februari 2024 di seluruh Indonesia. Penundaan dilakukan mulai Rabu 8 Februari hingga 14 Februari mendatang.
“Jadi, hari ini tanggal 8 Februari kita pastikan penyaluran bantuan pangan beras dihentikan sementara untuk mendukung proses demokrasi yang akan berlangsung pada 14 Februari mendatang. Ini komitmen kita bersama untuk memastikan Pemilu berlangsung secara tenang, baik, dan lancar," ujar Arief.
Ia menegaskan komoditas beras memiliki peran strategis dalam kontribusinya terhadap pengendalian inflasi nasional. Arief mengungkapkan, beras memegang andil yang signifikan dalam menjaga inflasi agar tetap stabil dan melandai pada angka 2,57 persen di Januari 2024.
"Kenapa juga beras ini harus diberikan kepada masyarakat kecil karena harga beras ini relatif tinggi dan salah satu yang bisa menjaga inflasi kita 2,57 persen adalah bantuan pangan beras ini. Seperti diketahui, bulan Januari dan Februari ini kan kita belum panen maksimal karena El Nino. Itu dua bulan di tahun lalu itu dampaknya sampai hari ini, jadi karena keterlambatan kita menanam, karena tidak ada air, maka di Januari dan Februari itu kita defisit beras sekitar 2,8 juta ton," kata Arief.
Untuk diketahui, realisasi bantuan pangan beras sampai 7 Februari, telah mencapai 185.335.590 kilogram.