Sabtu 10 Feb 2024 12:20 WIB

Monopoli dan Sifat Buruk Perdagangan Kaum Yahudi

Sifat dagang kaum Yahudi adalah monopoli.

 Sifat dagang kaum Yahudi adalah monopoli. Foto:  Perdagangan karbon (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com
Sifat dagang kaum Yahudi adalah monopoli. Foto: Perdagangan karbon (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TAIF -- Saat Rasulullah SAW diutus ke tengah-tengah bangsa Arab, di sana sudah hidup dan menetap orang-orang Yahudi. Kaum Yahudi yang tinggal di Madinah merupakan keturunan kaum Yahudi yang dahulu terpencar ke berbagai dunia. Di Madinah terdapat tiga suku Yahudi yang terkenal yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah. Kaum Yahudi sudah cukup lama tinggal di Madinah. 

Mereka menetap dan bergaul seperti layaknya seorang Arab-Madinah asli. Mereka berbahasa Arab, berpakaian seperti orang Arab, bahkan banyak yang menikah dengan orang Arab Madinah. Walaupun begitu mereka masih memiliki fanatisme ras yang sangat tinggi. Mereka menganggap kaum di luar ras mereka sebagai kaum yang bodoh, hina, dan primitif, bahkan mereka menghalalkan darah dan harta orang-orang di luar kaum mereka. Bagi mereka, mengambil harta dan hak-hak di luar ras mereka tidak akan membuat mereka berdosa. 

Baca Juga

Mereka selalu membangga-banggakan ras mereka sebagai ras yang paling unggul diantara bangsa-bangsa lain. Inilah salah satu sifat asli mereka sebagai orang-orang Yahudi. Tidak hanya itu mereka juga suka mengadu domba kabilah-kabilah Arab yang ada di Madinah untuk saling berperang. Terkadang merekalah yang langsung berperang dengan sebagian kabilah Arab yang ada di Madinah. 

Dahulu sebelum diutusnya nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul, ketika mereka berperang dengan kabilah-kabilah Arab, mereka selalu mengancam bahwa mereka akan mengalahkan semua kabilah Arab yang ada di Madinah jika nabi terakhir yang mereka tunggu-tunggu telah datang. Mereka mengira bahwa nabi yang diutus terakhir untuk manusia berasal dari bangsa mereka (Yahudi). Tetapi mereka salah, nabi dan rasul terakhir yang diurus ternyata berasal dari bangsa Arab. 

Ketika nabi Muhammad SAW sampai di Madinah, kehidupan bisnis di Madinah dikuasai bangsa Yahudi. Meskipun memang ada beberapa saudagar Arab-Madinah yang kaya raya. Orang-orang Yahudi dikenal sebagai kaum yang pandai sekaligus licik dalam mengelola bisnis mereka di Madinah. Komoditas-komoditas penting mereka kuasai seperti biji-bijian, kurma, khamr, dan kain. Mereka memasukan biji-bijian, kain, khamr dari luar ke kota Madinah. Sebab masyarakat Arab bukan masyarakat yang bergerak dalam industri atau pun kerajinan sehingga komoditas-komoditas tersebut perlu diimpor. Yang terkenal dari bangsa Arab ketika itu ialah kurma sebagai hasil perkebunan lokal. 

Sementara kaum Yahudi Madinah mengekspor kurma ke luar kota Madinah. Tidak hanya bermain bisnis dalam komoditas-komoditas tersebut, kaum Yahudi juga menyebarkan dan menumbuhkan pinjaman-pinjaman dengan bunga berkali-kali lipat atau dikenal sebagai riba. Mereka meminjamkan sejumlah uang kepada orang-orang Arab dengan bunga yang cukup besar dan tentu saja meminta jaminan seperti tanah, kebun, perhiasan, atau rumah. 

Pastinya ini sangat memberatkan orang yang diberi pinjaman tersebut. Terlebih lagi mereka mengambil jaminan yang ada jika orang-orang yang diberi pinjaman tidak mampu membayar utang mereka. Orang-orang Yahudi juga memberi dana pinjaman riba kepada kabilah-kabilah Arab yang sedang saling berperang dan tentu juga dengan satu jaminan. Biasanya dana tersebut digunakan untuk membiayai semua keperluan peperangan. 

Hal itu sangat merugikan kabilah-kabilah Arab yang sedang berperang tersebut. Kalah ataupun menang mereka harus mengembalikan dana yang dipinjamkan oleh kaum Yahudi kepada mereka. Dengan demikian tidak heran, jika kondisi sosial dan ekonomi bangsa Arab ketika itu sangat memprihatinkan sebagai akibat praktik riba yang dijalankan oleh orang Yahudi. Keadaan ini sangat menguntungkan Yahudi karena mereka dapat mengendalikan bisnis dan perpolitikan yang ada di Madinah ketika itu. 

Sumber:

Rahasia Bisnis Yahudi Dalam Menggenggam Dunia, yang ditulis Anton Ramadhan dan diterbitkan Shahara Digital Publishing

 

 

sumber : Dok Republika
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement