REPUBLIKA.CO.ID, KENDAL -- Salah satu peristiwa keimanan besar dalam Islam adalah Isra Miraj. Ini adalah peristiwa Nabi Muhammad 'dihibur' langsung oleh Allah dan pasukan langit melakukan perjalanan keimanan dari Masjid Suci ke Masjid yang jauh di Palestina. Kemudian dilanjutkan safar menuju langit tertinggi untuk bertemu Allah.
Peristiwa Isra Miraj disemarakkan dan selalu diperingatkan setiap tahun oleh umat Islam di berbagai kawasan, termasuk di Kendal Jawa Tengah. Di antara rangkaian 9 lokasi Ruwatan Nusantara, rombongan Daulat Budaya Nusantara juga menggelar Kenduri Budaya di 99 lokasi di Indonesia. Pesantren Kebudayaan Ndalem Wongsorogo di Brangsong Kendal dipilih menjadi lokasi kedua Kenduri Budaya setelah yang pertama di Ndalem Tirto Djati di Mojokerto awal Januari lalu.
"Sambil memperingati Isra' Mi'raj, kita makan makan bersama. Disini istilahnya juga Kenduren. Acaranya ya klonengan gamelan, ngaji rasa, musik musikan, rasan rasan guyonan bareng Mbah Tejo sama Gus Benny" terang Gus Paox Iben, pengasuh Pesantren Kebudayaan Ndalem Wongsorogo.
Menurut Gus Paox Iben, bentuk acara acara adat yang didalamnya ada tradisi makan makan, itu sebuah ciri khas atau penanda masyarakatnya berkebudayaan lantaran memiliki keberlimpahan. Kenduri Budaya di 99 lokasi ini nanti menjadi bagian dari merawat kebudayaan, karena ruwatannya dilaksanakan di 9 lokasi : Kediri Jawa Timur, Jepara Jawa Tengah, Purwakarta Jawa, Pulau Alor Nusa Tenggara Timur, Pidie Nangro Aceh Darussalam, IKN Kalimantan Timur, Anambas Kepulauan Riau, Ternate Maluku dan Papua.
"Ini kan tema-nya Isra' Mi'raj Kebudayaan, bagi saya secara kebudayaan, Isra' Mi'raj itu perintah turunnya sholat. Dan sholat saya itu tidak membuang sampah, tapi meletakkan sampah pada tempatnya. Karena ndak boleh ada yang dibuang di dunia. Ini kebudayaan. Atau misal debat pemilu, saran saya, jangan dengar kalimat kalimatnya Capres, tapi liat sorot matanya, siapa yang paling jujur. Hahaha.." canda Sujiwo Tejo, menggoda para seniman dan warga yang hadir di Kenduri Budaya.
Tepuk tangan, ratusan orang yang hadir pun pecah mendengar rasan rasan Sujiwo Tejo yang memantik guyonan ala Presiden Jancuker.
"Coba, siapa disini yang bisa misuh (mengumpat) JANCUK ke Mbah Tejo dengan pendalaman rasa..?" tanya Gus Benny ke para hadirin.
"Ndak ada yang bisa kan, soale misuhnya (mengumpatnya) Mbah Tejo itu tafsir saya sudah jadi kalimah toyibah" canda Gus Benny ke Mbah Tejo disambut gelak tawa dan tepuk tangan hadirin undangan Kenduri Budaya.
"Saya kritik Pak Jokowi sama Mas Gibran itu karena sayang, bukan karena benci atau jengkel" tambah Mbah Tejo menyahuti Gus Benny yang membuat Kenduri makin gayeng dan hangat.
Selain rasan rasan guyonan bareng Mbah Tejo dan Gus Benny, Kenduri Budaya ini juga di dukung oleh adik adik remaja pengrawit wayang dari Sanggar Pringgondani asuhan Ki Joko, seorang guru seni budaya SMA Negeri Kalliwungu.
Tak kalah menarik, sepanjang acara juga di iringi musik grub band M-to-M yang di gawangi Merlis To dan Baba Fadjar dari Jogjakarta yang juga berkolaborasi dengan Edi Dodot Akustik dan Kang Muslikan, musisi dari Kangkungn Kendal.